RADAR NONSTOP - Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono mengatakan, dari ke empat acara yang dihadiri olehnya, untuk kali ini paling besar keikutsertaannya, terimakasih.
Hal itu dikatakan Tri pada Konsolidasi Internal Partai Wilayah Dapil III Bersama Pengurus DPC (Dewan Pimpinan Cabang), PAC (Pengurus Anak Cabang), Ranting beserta anggota DPRD Kota Bekasi Dapil III (Kec. Rawalumbu, Mustikajaya dan Bantargebang) di Rumah Makan Mang Kabayang, Insitu Utara, Sabtu (21/9) malam.
"Tapi di moment ini kita bisa melihat kita tidak bangga dengan PDI Perjuangannya, coba lihat masih ada yang tidak pakai seragam. Atribut ini dibuat menjadi satu. Satu bentuk kedisiplinan yang kita buat, rapat yang kita lakukan, harus seragam," tegas Tri.
Meski bisa dikatakan pendatang baru dan masih beradaptasi dengan Partai berlambangkan Banteng bermoncong putih itu, dengan nada penuh keyakinan, Tri menghimbau kepada para pengurus Partai agar jangan pernah merasa malu mengenakan atribut seragam PDI Perjuangan untuk memberikan yang terbaik buat Indonesia dan Kota Bekasi.
"Kenapa sekarang kantornya harus bagus, supaya lebih nyaman. Bukan malah menjadi lebih sulit. Marwah Partai harus terlihat. Saat kita ingin menjaga komunikasi, saya sudah menggariskan bahwa pada saat saya berada di kantor Pemerintah Kota Bekasi, saya sebagai Wakil Walikota. Tapi kalau bicara Partai, ayo kita buat nyaman. Ada satu progres untuk kita melangkah ke depan, dan dimulai dari mana? Ya itu tadi, kebanggaan diri sebagai Partai. PDIP ini Partai yang luar biasa. Satu-satunya Parpol yang bersertifikat Organization for Standardization (ISO) 9001," paparnya disertai tepuk tangan para peserta dan pengurus.
Jadi artinya apa, lanjut Tri, artinya harus tertib anggota, tertib akses, harus tertib juga proses kegiatan yang akan dilakukan.
Makanya itu tadi, lanjut Tri dengan tegas, semua sudah diatur bagaimana sistem pelaporan, bagaimana kita harus menggelar rapat. Rapat DPC, dimulai jam 19.30 WIB, jam 20.00 harus dimulai. Ada atau tidak adanya anggota, kata Tri, langsung harus ada kesimpulan dan itu dilaporkan kepada DPP.
"PAC dan Ranting pun sama, Prosesnya harus seperti itu. Inilah kalau kita ingin maju, ingin marwah Partai lebih luar biasa lagi. Makanya mari kita bangun semua kekompakan dan kebersamaan. Sekarang jamannya milenial, jadi buat group WhatsApp untuk komunikasi internal kita. Menjadi satu kebutuhan komunikasi yang intens antara masyarakat dengan pemimpinnya, itu salah satu tugas seorang pemimpin. Jadi, kalau ada para anggota Dewan yang menutup diri itu bukan tugasnya, karena dia diberikan amanah sebagai Wakil Rakyat yang diberikan tugas lebih sebagai wakil masyarakat," terang Tri.
Tri mengungkapkan, kalau dirinya bukan dianggap bukan orang merah, kalau saya dianggap bukan orang Marhaen, orang tua saya GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), Pakde saya anggota DPR-GR, kakek saya anggota MPR-GR, semuanya adalah PNI. Jadi semuanya menggarisnya ke sana.
"Saya juga mengajak istri saya untuk ikut berjuang, ada acara di dua tempat, saya utus istri saya untuk mewakilkan dan saya hadir di acara ini. Saya bangga melihat masyarakat bahagia dengan kehadiran saya dan saya bangga ikut andil membesarkan Partai ini. Saya coba sindir yang di belakang saya, kita ikut acara workshop di Bandung, selesai acara semua langsung ganti seragam tapi Mas Tri tetap bangga mengenakan seragam PDIP sampai pulang," ungkap Tri disertai jeritan tertawa hadirin seraya bertepuk tangan.
Jadi, sambung Tri, mau besok jadi Walikota, Gubernur, Wakil Rakyat itu bukan tujuan. Tetapi bagaimana menjaga amanah, bagaimana kepercayaan sebagai anda selaku Ketua PAC, Ketua Ranting atau Anak Ranting itu yang harus dijaga dan diimplementasikan.
"Kita harus punya tanggungjawab bagaimana kita membumikan Pancasila di Bumi Pertiwi ini, khususnya Kota Patriot. Itu tugas yang harus kita jaga bersama. Mari sama-sama kita jaga NKRI, kita kawal Pancasila. Itu merupakan salah satu tugas pokok kita semua. Sebagai apa? Sebagai masyarakat yang cinta Indonesia. Kepada kita yang cinta Bung Karno, yang melahirkan Pancasila. Itulah bagaimana kita harus memikirkan nasib orang-orang yang termarjinalkan. Bagaimana dengan jiwa-jiwa Marhaenisme kita, bagaimana dengan jiwa ideologi kita. Ada nilai-nilai konstitusional, semangat, harapan, tetap kita jaga bersama tanpa membedakan suku dan agama," ujarnya.
Tri menambahkah, sekarang yang diperlukan dari kita apa? Kita kerja sosial. Kita tunjukan kepada seluruh masyarakat, khususnya untuk Kota Patriot ini.
"2017, 2,7 juta sekarang tahun 2019 2,9 juta jumlah penduduk Kota Bekasi. Kita tidak tahu 200 juta itu berasal dari penduduk mana, kita gak tau apanya apa, suku bangsanya dari mana, tetapi itulah PDI Perjuangan punya komitmen menjaga itu semua, dan kita cukup berbangga. Kenapa? Karena Bekasi Kota yang harmonis, aman, nyaman untuk dihuni. Makanya kita tunjukan kita memiliki potensi sebagai penyambung lidah rakyat. Kalau masuk dari masyarakat siapa yang mengawal di Pemda? Itu tugas saya sebagai Wakil Walikota. Namun kalau dari Dapil siapa? Itu tugas para Bapak wakil rakyat kita," ungkapnya.