Jumat,  22 November 2024

Dari Rp 16 Triliun Utang Jiwasraya Jadi Rp 18 Triliun 

NS/RN/NET
Dari Rp 16 Triliun Utang Jiwasraya Jadi Rp 18 Triliun 
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - PT Asuransi Jiwasraya (Persero) makin kedodoran. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) utang klaim Jiwasraya kepada nasabah mencapai Rp18 triliun atau naik dari utang sebelumnya Rp16 triliun. 

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, dari jumlah tersebut, Rp16,5 triliun di antaranya klaim yang belum terbayar dari saving plan. Jumlah utang ini bertambah, meski pada akhir Maret lalu sudah ada pembayaran sekitar Rp470 miliar. 

"Posisi per 31 Mei, kondisi klaim yang terjadi dan belum terbayar itu dari saving plan itu ada sekitar Rp16,5 triliun," ujarnya dalam rapat panitia kerja (panja) di Komisi VI DPR, Selasa (7/7/2020).

BERITA TERKAIT :
Bos Garuda Indonesia Mau Didepak Seperti Pertamina, Irfan Setiaputra Sudah Dapat Bocoran?
Marger BUMN Ala Erick Thohir, Solusi Atau Cuma Gengsi?

Sementara sisanya, Rp600 miliar merupakan klaim asuransi tradisional korporasi yang belum terbayar. Sedangkan untuk korporasi ritel sekitar Rp200 miliar dan Rp700 miliar sehingga jika ditotal mencapai Rp1,5 triliun. 

"Jadi total Rp1,5 triliun yang tradisional dan juga belum terbayar karena memang kondisi likuiditas memburuk," tutur dia. 

Tiko menjelaskan, Jiwasraya memang mendapatkan tekanan yang begitu besar. Tekanan pertama dari peningkatan liabilitas imbas bunga yang tinggi. 

Berdasarkan catatannya, saat ini liabilitas yang ditanggung mencapai Rp52,9 triliun. Rinciannya Rp34,6 triliun berasal dari liabilitas polis tradisional dan Rp16,5 triliun merupakan polis saving plan. 

"Jiwasraya mendapat tekanan dari dua sisi. sisi kanan meningkatnya liabilitas karena tadi janji janji bunga yang tinggi sekali," ujarnya. 

Selanjutnya, tekanan kedua yaitu ada pada aset. Saat ini, nilai aset perusahaan hanya sebesar Rp17 triliun saja.  

"Jadi perusahaan ini antara aset dan liabilitas hanya sepertiga jadi. tentunya ini kondisi sangat buruk dan ini membuat RBC minus 1.900 dan ekuitas minus Rp35,9 triliun. Nah kami juga ingin tekankan di sini bahawa dalam perjalanan waktu asuransi punya janji masa depan yang dikalkulasi terus sehingga kalau masalah ini berkepanjangan jumlah negatifnya juga akan meningkat," kata Tiko.