Kamis,  28 November 2024

Imbas Corona

Orang DKI Ogah Ke Mal, Antara Takut Corona Dan Irit Duit 

NS/RN
Orang DKI Ogah Ke Mal, Antara Takut Corona Dan Irit Duit 
Ilustrasi mal di Jakarta.

RADAR NONSTOP - Mal dan pusat belanja di DKI Jakarta masih sepi. Dari kapasitas 50 persen, jumlah pengunjung mal hanya 17-25 persen saja.

Dari pantauan beberapa mal seperti di Cilandak Town Square (Citos), Plaza Indonesa (PI) dan Taman Angrek serta Citra Land pengunjung terlihat sepi. 

"Sepi mas, biasa sehari omzet bisa dapat Rp 10 juta. Saat ini dapat 3 juta saja sudah bagus," ungkap karyawan restoran di Citos kepada wartawan, Jumat (4/9) malam. 

BERITA TERKAIT :
Pilgub Malut Heboh! Seorang Camat Morotai Barat Bagi-bagi Uang Rp1 Juta, Diduga untuk Coblos Sherly-Sabrin?
Waspada, Maling Motor Di Depok Beraksi Hanya Tiga Menit

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut warga Ibu Kota enggan datang ke mal pada masa pandemi COVID-19. 

"Kalau mau jujur, sekalipun mal dibuka 50 persen, mana ada 50 persen. Data (pengunjung mal) 17-25 persen. Orang nggak mau ke mal, orang menghindari," ujar Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (4/9/2020).

Menurutnya, mal merupakan tempat yang lebih aman dibanding perkantoran. Sebab, kondisi mal lebih luas dan tidak terlalu dibatasi oleh sekat-sekat.

"Lebih aman di mal daripada di kantor. Di kantor ruangannya terbatas, ada AC, sesama teman di kantor rentan (saling menularkan). Karena teman sejawat ngobrol, diskusi, berhadapan, membuka masker," kata Riza.

Sebelumnya, Satgas COVID-19 menyebut ada tiga klaster penyumbang Corona terbanyak di DKI Jakarta. Tiga teratas itu adalah rumah sakit, pasien komunitas atau contact tracing, dan perkantoran.

Hal itu diungkapkan anggota Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah saat konferensi pers di YouTube BNPB, Rabu (2/9/2020). Dewi mengatakan analisisnya ini dilakukan sejak PSBB transisi pertama 4 Juni hingga 24 Agustus 2020.

"Kita lihat memang paling banyak penyumbang kasus di DKI Jakarta adalah pasien di rumah sakit. Namun trennya meningkat karena kira-kira sebulan lalu persentase 50 persen, sekarang naik 62 persen. Jadi memang cukup banyak pasien datang ke rumah sakit dengan sudah punya gejala," kata Dewi.