Rabu,  24 April 2024

COVID-19 Korea Utara

Dikarantina Di Tempat Gelap, Pasien Corona Tewas Kelaparan 

NS/RN/NET
Dikarantina Di Tempat Gelap, Pasien Corona Tewas Kelaparan 

RADAR NONSTOP - Korea Utara kembali bikin heboh. Sebuah laporan beredar kalau pasien Corona banyak yang mati kelaparan setelah ditinggalkan di kamp karantina rahasia.

Laporan itu mengklaim Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyembunyikan kengerian sebenarnya dari pandemi Covid-19 di negaranya dari sorotan dunia dengan sebuah kamp karantina rahasia.

Menurut keterangan seorang sumber kepada Tim Peters, seorang aktivis Kristen yang menjalankan Helping Hands Korea yang berbasis di Seoul, kamp karantina rahasia itu dibangun khusus untuk menampung pasien di kota-kota dekat perbatasan China. Tapi, dia mengatakan bahwa mereka yang diisolasi di kamp tidak menerima bantuan medis yang layak, dan dengan kejam dibiarkan mati kelaparan.

BERITA TERKAIT :
Ngarep Dapat Duit Lewat Video Hewan Bisa Mengaji, TikToker Galih Tidur Di Penjara
Di Jalan Arogan Ngaku Adik Jenderal, Di Kantor Polisi Kenapa Jadi Cemen?

Dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post, Peters mengatakan dia "khawatir" mengetahui bahwa pemerintah Korea Utara "benar-benar memberikan sedikit atau tidak sama sekali makanan atau obat-obatan kepada mereka yang dikebumikan di sana".

"Jadi, terserah keluarga dari warga yang dikarantina untuk datang ke pinggiran kamp dan membawa makanan agar (mereka) tetap hidup bersama dengan bantuan terkait kesehatan apa pun yang dapat mereka kumpulkan," ujarnya.

Ini termasuk obat-obatan yang "dijual di pasar jangmadang (lokal), atau bahkan pengobatan rumahan yang dikumpulkan dari lereng gunung.

"Sumber saya menunjukkan banyak orang di kamp-kamp ini telah meninggal, tidak hanya karena pandemi tetapi juga karena kelaparan dan penyebab terkait."

Situasi Covid-19 di Korea Utara "sangat serius", kata Peters, yang LSMnya memberikan pasokan medis dan lainnya ke Korea Utara. Dia mengatakan informasi tersebut cocok dengan rincian yang muncul dari kamp penjara Korea Utara, di mana "jumlah makanan yang sangat minimum" diberikan kepada narapidana.

Menurut David Lee, seorang pendeta yang bekerja dengan para pembelot Korea Utara di Seoul, Covid-19 dijuluki sebagai "penyakit hantu" oleh rezim Kim Jong-un.

Dia mengatakan kepada SCMP bahwa para pengungsi telah melaporkan kasus orang dengan gejala “dipaksa diisolasi, atau ditampung di rumah mereka tanpa makanan atau bantuan lain dan dibiarkan mati”.

Lee menambahkan bahwa pejabat tidak memiliki cara untuk melacak, dan menghentikan, penyebaran Covid karena "mereka tidak memiliki alat penguji yang tepat".

Pengungkapan mengerikan itu datang sebulan setelah pemimpin Kim Jong-un menjadi emosional saat berpidato di parade militer. Dia menangis saat berterima kasih kepada pasukan atas pengorbanan mereka dan meminta maaf kepada warga karena gagal meningkatkan kehidupan mereka.

Selama perayaan untuk memperingati 75 tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa, Kim berterima kasih kepada ribuan tentara yang berkumpul karena menanggapi badai yang merusak baru-baru ini.

Dia juga memuji mereka karena membantu mencegah wabah virus corona di negara itu.

Kim mengatakan dia bersyukur tidak ada satu pun warga Korea Utara yang terinfeksi virus itu, klaim yang sebelumnya diragukan oleh pejabat Amerika dan Korea Selatan.

Ekonomi Korea Utara telah sangat dibatasi oleh sanksi internasional yang diberlakukan atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya. Negara itu semakin terpukul setelah menutup hampir semua lalu lintas perbatasan dalam upaya mencegah wabah virus corona.