RN - Bongkar pasang direksi dan komisaris di sejumlah Badan Usaha Milik Negara dan Anak perusahaannya menuai perhatian Komunikolog Politik Nasional Tamil Selvan. Dirinya melihat posisi jabatan di korporasi milik pemerintah itu semakin menjadi alat tukar politik.
Teranyar, Immanuel Ebenezer atau Noel dicopot dari jabatannya sebagai komisaris di anak perusahaan BUMN PT Pupuk Indonesia (persero), yakni PT Mega Eltra. Pencopotannya itu pun disinyalir akibat kesaksian Noel yang meringankan Munarman.
"Dulu Noel kritisi pupuk, lalu jadi komisaris. Sekarang mungkin karena bersaksi untuk munarman, dia dicopot. Jadi BUMN ini hanya jadi alat politik saja," ungkap Ketua Forum Politik Indonesia ini, Kamis (24/3).
BERITA TERKAIT :Bos Garuda Indonesia Mau Didepak Seperti Pertamina, Irfan Setiaputra Sudah Dapat Bocoran?
Marger BUMN Ala Erick Thohir, Solusi Atau Cuma Gengsi?
Kang Tamil juga mencontohkan Sahat M.P. Sinurat yang merupakan Sekjen Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (Gamki) yang menduduki 3 jabatan komisaris di perusahaan plat merah, diantaranya Komisaris PT. Pengembangan Investasi Riau, Komisaris PT. Multi Terminal Indonesia, dan Komisaris PT. Pengembang Pelabuhan Indonesia.
"Sahat ini sampai menjabat komisaris di 3 perusahaan plat merah, seolah sudah tidak ada lagi orang yang mampu selain dia. Saya jadi bertanya apa dia ini superman yang punya kemampuan super yang tidak dimiliki 270 juta orang Indonesia lainnya," kritiknya.
Kang Tamil meminta agar Jokowi bisa memberi perhatian lebih kepada kinerja para menteri-menterinya. Apakah memang bekerja untuk bangsa dan negara, atau justru bekerja untuk menyelamatkan titipan-titipan kepentingan.
"Erik Tohir ini sangat berprestasi menyelamatkan titipan-titipan kepentingan tertentu untuk diposisikan dijabatan BUMN. Jadi saya kira Jokowi perlu lebih teliti, karena pada akhirnya semua ini akan merusak citra Jokowi," terangnya.