Jaya Suprana Dibuat Menangis Haru, Sang Istri Aylawati Sarwono Beri Kejutan
RN - Budayawan yang juga pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), Jaya Suprana tak kuasa menahan tangis haru ketika tiga orang anggota Kwartet Punakawan mendadak muncul di hadapannya.
Ruang pertemuan Jaya Suprana School of Performing Art yang terletak di lantai LG Mall of Indonesia Jakarta, itu menjadi saksi berkumpulnya Jaya Suprana dengan anggota Kwartet Punakawan setelah 12 tahun.
Pertemuan pada Jumat (20/5/2022) itu diprakasa istri Jaya Suprana, Aylawati Sarwono yang ingin membuat kejutan untuk suami tercinta.
BERITA TERKAIT :Hebat! Rekor MURI Dicetak Dosen FK Unair, HKI Terbanyak di Bidang Stem Cell
Jaya Suprana: Terima Kasih Pak Anies!
"Terakhir mereka bermain bersama di Hotel Ritz Carlton," ulas Aylawati yang gemar melukis dan menari ini.
Masing-masing anggota Kwartet Punakawan ini punya talenta, seperti diakui Jaya Suprana usai didaulat tampil bersama memainkan delapan lagu daerah.
Jaya Suprana sendiri adalah seorang komponis dan pianis sakti mandraguna. Ia pianis pertama di dunia yang mengkhususkan diri mempergelar resital-piano dengan all Indonesian music compositions repertoar.
Saat tampil bersama itu, Junaidi Muslim begitu piawai memainkan perkusi. Suara perkusi disulapnya menjadi berbagai warna dan jenis bunyi di luar imajinasi konvensional.
Punakawan lainnya, Jubing Kristianto adalah gitaris legendaris yang pernah empat kali Juara Festival Gitar Indonesia dan pemenang Distinguished Award Festival Gitar Asia di Hongkong. Ia penulis buku Gitarpedia, ensiklopedia gitar pertama dalam bahasa Indonesia di dunia.
Terakhir ini, Heru Kusnadi sudah kenyangg asam garam dapur rekaman dengan kemampuannya memetik bass. Heru dikenal sebagai gitaris langka dan unik.
"Setelah 12 tahun tidak bertemu, rasanya kangen sekali, namun akhirnya kesampaian juga kami bisa bertemu. Budaya kita harus terus berjalan dan dikembangkan," ujar Junaidi.
Junaidi mengungkap ada kepuasan batin ketika memainkan lagu-lagu tradisional dari Sabang Merauke bersama Kwarter Punakawan. Ia sangat berharap agar Kwarter Punakawan dapat dihidupkan kembali.
"Semoga untuk ke depannya Kwartet Punakawan tetap dapat eksis," ucap Junaidi yang akrab disapa Juned.
Dalam kesempatan itu, Jubing pun menceritakan sejarah terbentuknya Kwartet Punakawan pada tahun 2005. Awalnya dia dihubungi Jaya Suprana untuk mencari pemain bass dan perkusi karena ingin membuat kwartet.
"Kayak kwartet jazz tapi bisa main macam-macam musik nusantara," jelas mantan wartawan tabloid Nova ini.
Singkat cerita ia lantas mengumpulkan teman di sekolah musik untuk dipertemukan dengan Jaya Suprana. Dan ternyata cocok ketika latihan bersama.
Pertama kali Kwartet Punakawan tampil di Pusat Kebudayaan Prancis di Kota Bandung. Setelah itu mendapat undangan di berbagai tempat. Sudah tak terhitung lagi mulai penjara hingga pagelaran baik dalam maupun luar negeri seperti konser di empat ibukota wilayah Australia; Brisbane, Sydney, Melbourne dan Perth.
"Hal itu terjadi karena komunitas dan jaringan Pak Jaya Suprana yang luas, di samping penampilan Punakawan yang selalu jenaka" ujar Jubing.
Usai tampil bersama di panggung, Jaya Suprana diwawancarai oleh anak Heru.
"Pak Jaya, ini adalah anak perempuan saya yang dulu digendong-gendong Bapak, dan selalu ikut kita kemana-mana," kata Heru sambil tertawa, ketika memperkenalkan si pewawancara Jaya Suprana itu.
Mendengar pengakuan Heru sontan membuat Jaya Suprana tampak terkejut dan berkaca-kaca.
"Hari ini saya diberi dua kali kejutan," ucap Jaya Suprana sumringah.