RN - Semua orang pada dasarnya bisa menulis kreatif dengan baik. Di antara semua itu, ada juga yang terlahir dengan bakat menulis yang sangat baik.
Namun, kemampuan menulis tersebut akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan latihan yang rutin dan konsisten.
Melalui latihan, seseorang tidak hanya bisa menulis atau menciptakan tulisan melainkan mampu melahirkan sebuah tulisan kreatif yang berbobot.
BERITA TERKAIT :Konsisten dengan Wajah Baru, Satu Dekade Salihara Jazz Buzz Tentang Musik 'Lintas Batas'
Seperti apa tulisan kreatif yang berbobot itu? Bagaimana cara menulisnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam kelas menulis yang diadakan tahun ini oleh Komunitas Salihara Arts Center.
Dikutip dari siaran pers, Komunitas Salihara kembali menyelenggarakan Kelas Menulis Kreatif yang Berbobot secara daring pada bulan Juni 2022 dengan pengajar Ayu Utami, penulis sekaligus kurator Komunitas Salihara Arts Center.
Di tahun 2021, peserta Kelas Menulis Kreatif diajak untuk mempelajari bagaimana memberikan penekanan khusus dalam bobot tulisan melalui muatan intelektual dan artistik. Berbeda dengan kelas menulis sebelumnya, kali ini Ayu Utami akan mengampu kelas dengan metode pendekatan karakter.
Peserta tetap bisa mengikuti kelas menulis ini tanpa perlu menjadi peserta di kelas menulis tahun sebelumnya. Silabus Kelas Menulis Kreatif yang Berbobot kali ini, akan mengajak peserta berkenalan dengan salah satu metode menulis kreatif dari banyaknya cara mengembangkan tulisan kreatif yang berbobot. Kelas ini akan mengajak peserta untuk membangun tokoh, memilih konflik yang cocok untuk tokoh tersebut dan menciptakan tema yang sesuai untuk sang tokoh.
Melalui kelas ini, peserta diharapkan bisa membangun tokoh yang dapat membantu pembaca mengikuti alur cerita dengan mudah, melalui kondisi psikologis dan empati yang dibangun di dalam diri tokoh tersebut. Peserta juga diharapkan dapat mengajak pembaca untuk memahami diri dan orang lain melalui tulisan yang mereka ciptakan.
Profil Pengajar
Ayu Utami adalah salah satu penulis yang dianggap sebagai pendobrak kemapanan, khususnya masalah seks dan agama yang ia angkat dalam karya-karyanya. Karya-karya yang ditulisnya mengangkat wacana seksualitas dari sudut pandang perempuan.
Novel pertamanya, Saman (1998), memenangkan Sayembara Penulisan Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998.
Beberapa karya sastranya yang lain adalah Bilangan Fu (2008) yang beroleh Khatulistiwa Literary Award 2008 dan yang termutakhir Anatomi Rasa (2019). Atas kiprah di dunia sastra, Ayu Utami meraih Prince Claus Award pada tahun 2000 dari Prince Claus Fund (Belanda), sebuah yayasan yang memberi penghargaan kepada individu dan organisasi yang berkontribusi dalam kebudayaan.
Ayu Utami adalah salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat seni, pemikiran dan kebebasan informasi. Saat ini Ayu Utami aktif sebagai kurator sastra dan Direktur Literature and Ideas Festival (LIFEs) di Komunitas Salihara serta Direktur Program Teater Utan Kayu.