Jumat,  22 November 2024

Serap Informasi dari Warga, Akademisi dan Pakar, PAM Jaya Siap Tingkatkan Pelayanan

zaber
Serap Informasi dari Warga, Akademisi dan Pakar, PAM Jaya Siap Tingkatkan Pelayanan
-Ist

RN - PAM JAYA berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan air perpipaan di DKI Jakarta dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema 'Mewujudkan Water Security dan Pelayanan Air Bersih Di Provinsi DKI Jakarta', Selasa (28/2/2023), di Hotel Le Meridien Jakarta.

Melalui kegiatan tersebut, PAM JAYA ingin mendapatkan perspektif yang lebih komprehensif mengenai mekanisme pengelolaan air yang telah berkembang dan mampu mengidentifikasi variabel yang terdapat dalam suatu wilayah dengan tekanan air kecil (low supply).

Adapun narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Dosen Kajian Ketahanan Nasional, SKSG UI Laksma TNI Dr. Ir. Abdul Rivai Ras, M.M., M.S., M.Si, Direktur Jenderal SDA Kementerian PUPR Ir. Jarot Widyoko, Sp-1, Pendiri dan Pimpinan Indonesia Water Institute Ir. Firdaus Ali, MSc, PhD, Subkoordinator Urusan Perencanaan Bidang Geologi, Konservasi Air Baku, dan Penyediaan Air Bersih Dinas SDA DKI Jakarta Elisabeth Tarigan.

BERITA TERKAIT :
Belajar Dari Paman Birin Yang Bebas Dari Jeratan Kasus Korupsi Oleh KPK
Paman Birin Menang Gugatan, KPK Keok Dilibas Gubernur Kalsel

Direktur Utama PAM JAYA Arief Nasrudin mengatakan, melalui kegiatan ini, PAM JAYA membuka diri atas informasi dari beberapa elemen, mulai dari akademisi, warga, dan pakar sehingga solusi atas persoalan air di DKI Jakarta dapat dirumuskan secara tepat.

"Saat ini, 81 persen sumber air baku di DKI Jakarta didapatkan dari Jatiluhur, 14 persen dari Tangerang, dan baru 5 persen yang didapatkan dari sumber air di kota ini," ucap Arief.

Keterbatasan sumber air, lanjut Arief, merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan cakupan layanan air perpipaan di DKI Jakarta baru sekitar 65,85 persen pada 2022.

"Hasil uji kualitas air oleh Dinas lingkungan Hidup di lima wilayah

 DKI pada 2021 menyebutkan, sampel yang diambil dari sungai DKI Jakarta terindikasi 1% tercemar ringan, 20% tercemar sedang, dan 79% tercemar berat," imbuh Arief.

Tantangan lain adalah wilayah yang cukup luas sehingga terdapat perbedaan tekanan air. Di wilayah yang jauh dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) PAM JAYA, misalnya, warga di sana akan mendapatkan tekanan air lebih kecil dibandingkan warga yang berada dekat IPA. Hal tersebut karena pada jam sibuk, warga di sekitar aliran air akan membuka keran secara bersamaan.

"Contohnya di Marunda Kepu, Jakarta Utara, yang bersebelahan dengan laut. Kondisi suplai rendah ternyata disebabkan tekanan kecil di wilayah tersebut. Jadi, solusi yang kami lakukan adalah membangun reservoir komunal disertai pompa dorong," ucap Arief.

Prinsip reservoir komunal, lanjut Arief, pada dasarnya sederhana. Yakni, dengan menampung air di reservoir pada jam di mana air tidak banyak digunakan, kemudian tampungan air tersebut didorong oleh pompa ke rumah warga. Hasilnya, warga Marunda Kepu bisa menikmati air, bahkan hingga di rumah paling ujung.

"Solusi yang terbukti berhasil ini akan kami replikasi ke beberapa wilayah, seperti Jl Cilincing Huk Cacing, Jl Raya STIP Marunda Makmur, Waduk Pluit - Jl. Muara Baru Penjaringan, Kelurahan Tamansari, Gombol Paya – Kalideres, Booster Pump Tambora, Duri Kosambi, dan Kebon Kosong," tambah Arief.

Hal ini adalah bentuk upaya menjaga ketahanan air bersih terutama pada tiga elemen, yaitu akses air (water access), air yang aman digunakan (water safety), dan air yang terjangkau (water affordability). Pemenuhan tiga elemen ini penting untuk menciptakan ketahanan air untuk kebutuhan kehidupan masyarakat di wilayah low supply.

"Ketahanan air ini adalah langkah penting untuk mendorong kedaulatan air di DKI Jakarta. Karena kualitas air sangat menentukan kualitas kehidupan, dan kesadaran itu memacu kami semua di PAM JAYA untuk berupaya melakukan percepatan sehingga target 100 persen cakupan pelayanan pada 2030 dapat tercapai," tutup Arief.