Sabtu,  27 April 2024

22.000 Tewas di Indonesia, Benjolan Payudara Harus Diwaspadai

RN/NS
22.000 Tewas di Indonesia, Benjolan Payudara Harus Diwaspadai
Ilustrasi

RN - Kanker payudara menjadi penyakit yang mematikan di Indonesia. Banyak wanita yang menganggap remeh soal benjolan di payudara.

Berdasarkan data dari Globocan pada 2020, tercatat ada 68.858 kasus di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 22.000 jiwa akibat kanker payudara.

Salah satu gejala kanker payudara yang paling mudah terlihat adalah munculnya benjolan pada jaringan payudara. Benjolan ini hanya dapat dirasakan, tapi tidak bisa dilihat secara langsung.

BERITA TERKAIT :
Kebanyakan Makan Rendang & Opor, Ini Penyakit Pasca Lebaran 
Tips Melawan Micro Sleep Agar Aman Dalam Mengemudi 

Kemudian perbedaan ukuran yang tidak wajar, adanya perubahan tekstur kulit pada payudara, puting masuk ke dalam dan keluarnya cairan berwarna aneh dari puting.

Menurut Dr See Hui Ti, Konsultan Senior dan Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura menjelaskan, satu di antara faktor yang bisa meningkatkan risiko terpapar kanker payudara adalah obesitas. 

Secara umum, semakin besar BMI (indeks massa tubuh), semakin besar risikonya. Untuk mempertahankan BMI normal, ia merekomendasikan strategi diet optimal yang menggabungkan asupan protein yang lebih tinggi, serat untuk nutrisi dan karbohidrat untuk energi, serta mengurangi asupan gula dan olahraga ringan.

Selain obesitas, faktor lain yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara adalah memiliki anak lebih dari lima orang, usia di atas 40 tahun, malas berolahraga, ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker payudara, tidak menyusui, dan stres.

Sementara itu, faktor yang bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara tak hanya olahraga teratur dan hidup sehat, tetapi ada juga terapi hormon, mengonsumsi vitamin D, dan memiliki anak satu sampai tiga orang.

Sementara penyembuhan kanker payudara juga bisa dilakukan dengan cara non-operasi. Radioterapi dapat digunakan untuk mengontrol dan membunuh sel-sel ganas sebagai bentuk pengobatan lokal.

Untuk pengobatan sistemik tumor primer dan penyakit metastasis, kemoterapi dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan reproduksi sel tumor. Namun, keterbatasan kemoterapi adalah tidak dapat membedakan sel-sel kanker dari sel-sel normal, sehingga menjadi toksisitas untuk organ sehat lainnya.