Jumat,  22 November 2024

Zahra Penderita Kanker Darah

Adik Bayi Ini Tak Lagi Bisa Tersenyum, Plt Bupati Bekasi Nih Warganya

BUD
Adik Bayi Ini Tak Lagi Bisa Tersenyum, Plt Bupati Bekasi Nih Warganya
Nafeeza Zahra Arifin (9 bulan) penderita Kanker Pembuluh Darah

RADAR NONSTOP - Seorang Ibu meratap sedih dan selalu berdoa demi kesembuhan buah hatinya, Nafeeza Zahra Arifin (9 bulan) yang didiagnosa menderita penyakit Hemangioma (Kanker Pembuluh Darah).

Bayi mungil yang disapa Zahra, terlahir dari keluarga sederhana dari buah perkawinan Sriyandi Arifin (buruh pabrik roti) dengan Melissa (ibu rumah tangga) yang tinggal
di Kampung Pintu RT 03/04 No. 146 Dusun II, Desa Babelan Kota, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Melissa mengharapkan kesembuhan anaknya dan bantuan penanganan medis serta kepedulian dari pihak pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi.

Di usia 9 bulan, Zahra tak lagi bisa tersenyum manja sebagaimana yang dilakukan teman seusianya karena penyakit yang dideritanya.

Yah, mau bilang apa, Melissa harus terus bersabar dan berdoa meratap kesedihan. Namun, semua itu dihadapinya dengan tabah dan tawakal.

Ketika disambangi, Melissa menceritakan, awalnya Zahra lahir dalam keadaan sehat wal'afiat di RS THB atas rujukan dari Puskesmas Babelan dengan berat badan 4500 gram.

"Hanya ada tulang yang menonjol di bagian dada, namun tidak ada diagnosa apapun dari pihak rumah sakit," terang Melissa.

Tiga hari ditangani medis, Melissa sudah diperbolehkan pulang, namun bayinya, Zahra belum diperbolehkan pulang lantaran harus ditangani secara intensif di rumah sakit.

Dengan alasan karena keterbatasan alat yang ada RS THB, lanjut Melissa,
Zahra dilarikan ke rumah sakit lain yang lebih lengkap dari sisi alat dan penanganan medisnya.

Kemudian Zahra bisa ditangani tim medis RSCM, Jakarta, yang mau menerima lantaran memiliki fasilitas lengkap.

"Itu atas bantuan Bu Fitri, salah satu karyawati di RSCM yang bertugas di poli anak," ujarnya.

Namun, sambungnya, penanganan medis di RSCM pun tidak berlangsung lama, hanya 10 hari.

Dikatakan Melisa, lantaran kondisi jarak tempuh yang jauh dan ekonomi yang sangat terbatas, akhirnya pihak keluarga memutuskan untuk memindahkan penanganan kontrol kesehatan sang bayi ke rumah sakit terdekat dengan domisili tempat tinggal mereka, yaitu di Bekasi.

Akan tetapi, sebelum Zahra menginjak usia dua bulan, tidak ada pemeriksaan apapun yang dilakukan.

Awal Diketahui Menderita Hemangioma

Ketika Zahra berusia dua bulan, kata Melissa, ada perubahan fisik, dari berat badan yang tidak tambah, juga timbul sejenis 'daging' berwarna merah di bagian hidung dan dada, pihak keluarga bertanya kepada salah satu bidan yang praktek di dekat rumah mereka.

Bidan itu pun menyarankan untuk membawa Zahra kembali ke RSCM untuk di USG.

"Dari hasil USG berdasarkan diagnosa dokter saat itu, Zahra menderita penyakit Hemangioma (kanker pembuluh darah-red)," terang Melissa yang terlihat sabar dan tegar, walaupun menyembunyikan kesedihan.

Setelah dinyatakan menderita Hemangioma, pihak keluarga kembali membawa pemeriksaan Zahra ke Puskesmas Babelan I.

"Anehnya pihak Puskesmas malah tidak mengetahui jenis penyakit tersebut. Malah pihak Puskesmas memberi rujukan kembali ke rumah sakit Ana Medika untuk check up rutin," beber Melissa.

Semakin hari, pada wajah Zahra, terlihat ada pembesaran/benjolan yang semakin membesar. Pihak RS. Ana Medika memberikan terapi obat yang harus diminum selama satu bulan penuh.

Dan menurut pengalaman dokter yang sudah pernah menangani pasien dengan status Hemangioma ini , setelah terapi 6 bulan akan terlihat perubahan yang baik.

Namun ternyata ketika ditanyakan ada perubahan atau tidak kepada pihak keluarga terhada Zahra, mereka mengatakan "tidak". Bahkan terapi ini sudah menginjak yang ke delapan.

Dari segi asupan gizi, keluarga sudah berusaha untuk mengikuti aturan pihak medis, seperti memperbanyak nutrisi. Bahkan pada saat dokter menyarankan untuk memberikan susu INFATRINI, salah satu susu asupan nutrisi nabati , yang tidak dijual bebas, yang hanya bisa dibeli via online.

"Keluarga pun menyanggupi untuk membeli susu itu atas saran dokter, walaupun harganya terbilang mahal untuk ukuran keluarga kami demi Zahra," tuturnya kepada wartawan.

Pertumbuhan fisik sang bayi yang sangat terhambat ini pun sudah mulai ada perubahan setelah dibantu minum susu tersebut.

"Saat ini Zahra berusia 9 bulan dengan berat badan 6500 gram. Sementara pihak RS Ana medika menyarankan adanya tindakan operasi apabila berat badan Zahra mencapai 10.000 gram atau 10 kg," ujarnya seraya mengaku bahwa pengobatan Zahra selama ini menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

BERITA TERKAIT :