Jumat,  22 November 2024

Terancam Mati

Dampak Minyak Mentah, Rusak Ekosistem Mangrove di Muaragembong

SAR/BUD
Dampak Minyak Mentah, Rusak Ekosistem Mangrove di Muaragembong
Warga saat mengangkut limbah minyak mentah

RADAR NONSTOP - Insiden bocornya minyak mentah dari anjungan lepas pantai YYA, Blok migas Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang jarak lokasinya sekitar dua kilometer dari pantai utara, Karawang saat ini dampaknya terus merugikan masyarakat.

Kerugian sangat berdampak pada masyarakat di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong yang saat ini diprediksi mencapai satu triliun rupiah.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ALIPBATA, Sonaji mengatakan, saat ini dampak limbah minyak itu sudah merusak ekosistem mangrove yang menjadi obyek wisata terancam mati karena terkena minyak tersebut.

"Saat ini minyak itu sudah menyebar ke sejumlah pesisir di wilayah Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong, diprediksi 300 ribu mangrove terancam mati ," bebrrnya kepada RADAR NONSTOP (Rakyat Merdeka Group), Senin (5/8).

Ditambahkan, mengapa masyarakat memprediksi kerugian mencapai satu trilyun rupiah, sebab katanya, bukan hanya hutan mangrove yang terancam mati, namun berdampak pada para petani tambak ikan dan udang yang juga ikut tercemar sehingga menyebabkan ikan dan udang milik petani mati.

"Kalau satu hektar, katakanlah seratus juta kerugiannya. Di sini ada ratusan hektar yang terkena dampak minyak tersebut, sehingga bisa mencapai satu triliun," papar pria yang juga menjabat sebagai Kasi Pelayanan Desa Pantai Bahagia tersebut.

Menurutnya, saat ini masyarakat setiap harinya bekerjasama dengan semua pihak mulai dari TNI, Polri dan pihak Pertamina sudah selama dua pekan terus membersihkan limbah minyak yang menggumpal hitam di rumah-rumah warga dan di Pesisir Pantai.

"Saat ini sudah 3000 karung limbah minyak yang sudah diangkut oleh pertamina," terangnya.

Kata dia, bukan hanya itu saja dampak sosial lainnya adalah akibat ramainya pemberitaan
sehingga hal itu membuat hasil ikan nelayan dan tambak tidak laku di pasaran, karena isu ikan dari Muaragembong tercemar limbah minyak.

"Harga ikan dan udang anjlok karena isu terkena minyaknya," keluhnya.

Sampai saat ini, lanjutnya, masyarakat belum menerima bantuan kompensasi apapun dari pihak Pertamina atau dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Hanya saja, sambung dia, baru diterjunkan tenaga dokter dari pihak Pertamina lantarab banyak warga yang terkena penyakit dari minyak tersebut, seperti gatal dan sesak napas karena baunya yang menyengat.

"Kemarin ada 120 warga yang terkena penyakit seperti gatal dan sesak nafas, kami berharap mendapatkan kompensasi karena kasihan masyarakat sudah banyak dirugikan, " imbuhnya.

BERITA TERKAIT :