Jumat,  24 October 2025

Netizen Gaduh

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Busuk, Kenapa Lebih Mahal Dari Arab Saudi?

RN/NS
Kereta Cepat Jakarta-Bandung Busuk, Kenapa Lebih Mahal Dari Arab Saudi?

RN - Proyek kereta cepat Indonesia (Whoosh) lagi jadi buah bibir. Viral whoosh berawal dari Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak memakai duit APBN untuk bayar utang whoosh.

Apalagi Jokowi sempat mengatakan kalau whoosh tidak memakai dana APBN tapi lewat investasi swasta.

Kini publik membandingkan proyek kereta cepat antara Indonesia dan Saudi Landbridge di Arab Saudi. Perbandingan muncul setelah muncul klaim di media sosial bahwa Arab mampu membangun jalur kereta cepat lebih dari 1.000 kilometer dengan biaya setara Rp112 triliun, sementara Whoosh hanya sepanjang 142 kilometer menelan biaya Rp113 triliun.

BERITA TERKAIT :
Selamat Tinggal Kereta Cepat, Purbaya Ogah Urus Utang Proyek Jokowi

Data resmi menunjukkan bahwa perbandingan ini tidak sepenuhnya salah, meski konteks dan struktur pembiayaan berbeda. Proyek Saudi Landbridge merupakan salah satu proyek strategis nasional Arab Saudi di bawah Kementerian Transportasi dan Logistik, yang dikelola oleh Saudi Arabia Railways (SAR). 

Jalur ini akan menghubungkan pelabuhan Jeddah di Laut Merah dengan pelabuhan Dammam di Teluk Arab, dengan total panjang sekitar 1.300–1.500 kilometer.

Menurut laporan Railway Supply dan Argaam, biaya proyek ini ditaksir mencapai US$7 miliar atau sekitar Rp112 triliun (kurs Rp16.000/US$).

Proyek ini merupakan bagian dari Saudi Vision 2030, yang bertujuan memperkuat konektivitas logistik, mempercepat transportasi barang, dan membuka jalur komersial darat lintas Saudi.

Selain Landbridge, Saudi juga telah mengoperasikan Haramain High-Speed Railway sepanjang 449 km yang menghubungkan Makkah, Jeddah, dan Madinah sejak 2018. 

Nilai proyeknya mencapai SAR 60 miliar atau sekitar US$16 miliar. Jalur ini menjadi salah satu rute cepat tersibuk di dunia dengan kecepatan hingga 300 km/jam.

Sebaliknya, proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) memiliki panjang 142,3 kilometer dengan total investasi sekitar Rp113 triliun. Proyek ini dikelola oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan China.

Dari total pembiayaan tersebut, sekitar 75 persen berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sedangkan sisanya dari ekuitas BUMN.

Pemerintah Indonesia juga menanggung tambahan biaya akibat pembengkakan anggaran atau cost overrun hingga Rp18 triliun.

Whoosh diresmikan pada 2 Oktober 2023 oleh Presiden Joko Widodo dan diklaim sebagai kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Namun, proyek ini masih menyisakan perdebatan soal efisiensi biaya, beban utang, dan manfaat ekonomi jangka panjang.

Dari sisi angka, proyek Saudi terlihat lebih efisien karena membangun jaringan lebih panjang dengan biaya serupa. Namun secara fungsi, Landbridge dan Whoosh memiliki orientasi berbeda. Landbridge berfokus pada logistik antar kota dan penguatan ekonomi lintas pelabuhan, sementara Whoosh mengutamakan transportasi penumpang antarkota besar.

Analis infrastruktur menilai bahwa perbandingan langsung tanpa konteks bisa menyesatkan. Namun, proyek Arab Saudi menunjukkan bagaimana perencanaan jangka panjang, integrasi logistik, dan pengelolaan utang negara menjadi faktor penting dalam menekan biaya mega proyek.

Baik Saudi maupun Indonesia sama-sama menjadikan proyek kereta cepat sebagai simbol kemajuan teknologi transportasi. 

Bedanya, Saudi menempatkan proyek itu dalam kerangka besar Vision 2030 yang fokus pada efisiensi, konektivitas, dan diversifikasi ekonomi.

Sementara di Indonesia, proyek Whoosh kini memasuki fase evaluasi pascaoperasi. Pemerintah masih menyiapkan rencana ekspansi rute ke Surabaya, sambil menghadapi kritik publik soal pembiayaan dan utang luar negeri yang terus meningkat.

China Teriak

Pemerintah China buka suara soal permasalahan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh dan kesulitan keuangan yang dialami oleh PT KAI buntut proyek itu.

Melalui pernyataan resmi yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun, Negeri Tirai Bambu tersebut menyatakan sejatinya saat melaksanakan proyek ini, pemerintahan kedua negara telah berkomunikasi dan berkoordinasi erat, termasuk dalam menilai investasi, angka-angka keuangan dan potensi ekonominya.

"Perlu ditegaskan ketika menilai proyek kereta api cepat, selain angka-angka keuangan dan indikator ekonomi, manfaat publik dan imbal hasil komprehensifnya juga harus dipertimbangkan.  Otoritas dan perusahaan yang berwenang dari kedua belah pihak telah menjalin koordinasi yang erat untuk memberikan dukungan yang kuat bagi pengoperasian kereta api yang aman dan stabil," katanya Senin (20/10) lalu seperti dikutip dari website resmi pemerintah China.

Ia mengatakan China akan selalu siap  untuk terus bekerja sama dengan Indonesia untuk terus memfasilitasi pengoperasian Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung yang berkualitas tinggi supaya sarana ini bisa memainkan peran yang lebih besar dalam mendorong pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia serta meningkatkan konektivitas di kawasan.

Sebagai informasi, nilai investasi proyek tersebut tembus US$7,2 miliar atau Rp116,54 triliun (asumsi kurs Rp16.186 per dolar AS).

Dana itu lebih besar jika dibandingkan dengan yang terdapat dalam proposal dari China saat menawarkan proyek itu ke Indonesia. Pasalnya, dalam proposal, China hanya menawarkan nilai investasi US$6,07 miliar atau sekitar Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar AS).

Sebanyak 75 persen pendanaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank. Sementara sisanya berasal dari modal pemegang saham, termasuk KAI, Wijaya Karya, PTPN I, dan Jasa Marga.

Tolak APBN 

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa beberapa waktu lalu menolak jika utang itu dibayar APBN.

Dalihnya, Whoosh saat ini dikelola oleh Danantara. Danantara juga sudah mengambil dividen dari BUMN yang biasanya masuk ke kas negara sampai dengan Rp80 triliun.

Dengan fakta itu, kata Purbaya, akan sangat lucu bila dana APBN digunakan lagi untuk membayar utang Whoosh.

"Itu kan Whoosh sudah dikelola oleh Danantara kan. Danantara sudah ngambil Rp80 triliun lebih dividen dari BUMN, seharusnya mereka manage dari situ saja," kata Purbaya usai Inspeksi Mendadak (Sidak) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/10).

Luhut Viral 

Sikap Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan terkait Whoosh dianggap mencla-mencle. Netizen menyebut anehnya sikap Luhut yang berubah-ubah.

Pasalnya, Luhut belakangan menyebut proyek Whoosh sudah busuk namun tetap dilanjutkan dan memimpin pelaksanaan proyek yang merugi triliunan rupiah tersebut. 

“Idealnya Luhut seharusnya menolak melanjutkan proyek tersebut. Namun hal itu justru tidak dilakukan Luhut. Tidak konsisten,” kata pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga kepada RMOL sesaat lalu, Selasa 21 Oktober 2025. 

Menurut Jamiluddin, sikap inkonsisten Luhut tersebut semakin membingungkan masyarakat. Sebab, Luhut terkesan memaksakan proyek Whoosh harus selesai meski carut-marut dan berutang ke China Development Bank (CDB) dengan bunga setiap tahunnya yang harus dibayarkan sebesar 2 persen. 

Opung sapaan akrab Luhut Binsar Pandjaitan heran dengan heboh penyelesaian utang kereta cepat dikaitkan dengan APBN. Sebab, menurut Luhut, saat ini utang kereta cepat tinggal melalui proses restrukturisasi.

Di sisi lain, sebagai pihak yang turun tangan langsung dalam proyek Kereta Cepat, Luhut mengakui sejak awal kondisi keuangan proyek Kereta Cepat memang tidak baik.

"Restructuring saya sudah bicara dengan China karena saya yang dari awal mengerjakan itu, karena saya terima sudah busuk itu barang. Kita coba perbaiki, kita audit BPKP, kemudian kita berunding dengan China," kata Luhut, dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (16/10/2025).

Berdasarkan hasil perundingan tersebut, China pun akhirnya memutuskan untuk menyetujui proses restrukturisasi. Namun memang, Luhut mengatakan, proses tersebut agak terlambat lantaran sempat ada pergantian pemerintahan.

"Tapi kemarin pergantian pemerintah agak terlambat, sehingga sekarang perlu nunggu Keppres, supaya timnya segera berunding, dan sementara China sudah bersedia kok, nggak ada masalah," ujar dia.