Sabtu,  23 November 2024

Aduuh Bang Pepen Masih Aja Ngebet Gabung DKI, Biar Tri Gak Bisa Jadi Walikota Ya? 

NS/RN
Aduuh Bang Pepen Masih Aja Ngebet Gabung DKI, Biar Tri Gak Bisa Jadi Walikota Ya? 
Tri (kiri) bersama elit PDIP Kota Bekasi.

RADAR NONSTOP - Walikota Bekasi Rahmat Effendi alias Pepen masih saja mewacanakan agar Bekasi gabung ke Jakarta. Kalau ini terjadi maka para politisi Bekasi gigit jari. 

Sebab, di Jakarta tidak ada DPRD tingkat II. Dan tragisnya sang Wakil Walikota Tri Adhianto Tjahyono yang kini menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Bekasi bakal amsiong.

Tri dipastikan gagal maju sebagai calon walikota dari PDIP. Kepada wartawan Pepen mengaku, sudah membentuk tim khusus, yang nantinya akan mencari aturan dan undang-undang yang memperbolehkan penggabungan satu daerah ke daerah lain.

BERITA TERKAIT :
Kena Masalah, Akun Tiktok Herkos Voters Dilaporkan ke Polres Kota Bekasi
Mendekati Pencoblosan, DPRD Kota Bekasi Ingatkan KPU dan Bawaslu Bekerja Profesional

“Rencana pembentukan tim khusus sudah ada, timnya sudah saya siapkan, tapi masih dalam kajian, sekaligus mengkaji regulasi yang ada,” kata Pepen, kepada wartawan, Rabu (11/9/2019).

Pepen menyebutkan, dalam pembentukan tim khusus itu, nantinya akan ada beberapa wacana regulasi yang digulirkan. Contohnya adalah dengan tetap mengadakan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). 

“Jangan takut DPRD nya hilang, ya nanti dibicarakan kalau bisa Pileg, sekarang pun dengan Jawa Barat kan bisa Pileg. Walikotanya? kalau bisa Pilkada nanti ketika masuk DKI,” katanya bersemangat.

Pepen juga meminta kepada para sejarawan agar tidak takut dengan kehilangan nama Bekasi. Soalnya, ada beberapa opsi yang akan di ajukan nanti jika bergabung dengan DKI Jakarta. 

“Kan masih ada Kabupaten Bekasi. Ya, namanya kan tidak harus DKI Jakarta Tenggara, bisa jadi DKI Bekasi, DKI Kota Bekasi kan, whatever (terserah) lah semuanya kan di susun regulasinya,” ucapnya.

Ada beberapa alasan, kalau Pepen berkeinginan Kota Bekasi masuk dalam  Jakarta. Salah satunya adalah, pemasukan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Kota Bekasi ke Provinsi Jawa Barat.

“Sekarang gini kalau kita berharap ekspatasinya, dengan Jawa Barat kita sudah ngelewatin Jawa Barat, lewatin Bandung juga, kita lebih tinggi, inflasi kita lebih rendah, APBD nya juga besar (disamping) kebutuhannya (Kota Bekasi) besar,” jelas dia.

Selain sejalan dengan perekonomian, disampaikannya Kota Bekasi dan Jakarta juga mempunyai kesamaan dari segi kultur budaya, kuliner sampai sejarah dan dalam persepktif tata ruang. Karena alasan itu pula, Rahmat memilih bergabung dengan DKI Jakarta, ketimbang seperti gagasan Wali Kota Bogor dan Bupati Bogor, Bima Arya dan Ade Yasin yang ingin membentuk Provinsi Bogor Raya.

Sementara Kota Bekasi menolak bergabung lantaran mempunyai historis dengan DKI Jakarta. Kata Pepen, sebelum mejadi Bekasi, pada saat jaman revoluasi, Bekasi merupakan bagian dari Jakarta, Karasidenan Jatinegara. 

“Kultur budaya dan bahasa kita ikut DKI, dan pada saat jaman penjajahan ada sebuah dokumen kalau Kerisidenan Jakarta itu dari Citarum sampai dengan Cisadane. Tahun 1950-an kan berubah menjadi Bekasi,” jelas Pepen.