RADAR NONSTOP - Maspupah masih mengenang putranya sebelum wafat. Warga Kebayoran Lama, Jaksel ini mengaku kaget karena jenazah anaknya bengkak dan berdarah.
Diketahui, Maulana Suryadi, tewas dalam kericuhan kawasan DPR dan MPR Senayan, Jakarta, pada tanggal 25 September 2019.
Dilansir dari Pos Kota, wanita 50 tahun ini menceritakan saat mendengar kabar anaknya dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jaktim, Maspupah bersama dua anaknya, Rizki dan Feby, melihat jenazah Yadi bengkak dan melihat darah.
BERITA TERKAIT :Mahasiswa Nilai Ada Fenomena Ijonkan APBD Demi Dulang Suara di Pilkada Kota Bekasi 2024
Gelar Tasyakuran Di Dapil II Jakarta Utara Bareng Akar Rumput Demokrat, Bunda Neneng Mulai Gaspoll Menangkan Pasangan RK-Suswono
“Setelah itu, naik mobil lagi ke RS Polri, masuk ke kamar lihat Suryadi sudah tergeletak. Awalnya saya nggak kenalin muka anak saya, ‘ini Yadi, Ki?’. ‘Yadi, Bu’ kata Rizki. Jadi kok bengkak begini mukanya. Ya Allah, saya tangis-tangis tuh. Lihat badannya, masih bagus, lihat kupingnya berdarah,” ucapnya.
Ia menanyakan kepolisi terkait darah yang keluar dari kuping putranya. “Saya tanya polisi, ‘Kenapa kupingnya berdarah?’ Kata polisi ‘nahan sesaknya’.Polisi nanya mau dimandiin udah bersih atau gimana? Saya bilang mandiin di rumah neneknya saja,” tambahnya.
Setelah itu, Maspupah diminta membuat surat pernyataan bahwa pihak keluarga tak bersedia jenazah Yadi diautopsi. Maspupah mengatakan juga diberi amplop oleh polisi senilai Rp10 juta.
“Pas keluar dari ruang jenazah, disuruh bikin surat keterangan, tapi yang nulis anak saya yang perempuan. Intinya meninggal karena gas sama asma. Nah, polisi manggil saya secara diam-diam, masuk ke kamar jenazah lagi, ngasih amplop warna putih di depan jenazah anak saya, isinya Rp 10 juta. Pas dikasihkan, ngomong-nya, ‘Ini pas ngurus-ngurus anak Ibu," kata Maspupah.
Dia mengatakan ada polisi yang mengantarnya pulang. Namun polisi tidak mengantar sampai rumahnya. Pihak keluarga sempat menelepon polisi yang memberi kabar atas meninggalnya Yadi.
“Setelah sampai rumah, bibinya sempat ribut melalui telepon dengan polisi namanya Charles yang pertama telepon ngehubungin saya di telepon, ‘Ini kenapa ponakan saya dipukulin begini pada berdarah gini?’ Kalau dia membunuh anak saya, saya tidak terima, kalau anak saya meninggal, saya ikhlas, biar dia tenang. Saya nggak terima anak saya diperlakukan kaya binatang. Karena perginya sehat,” ungkap dia.