Minggu,  22 December 2024

OPINI

PKS-Gerindra 'Koalisi Ngeliwet' Dan Nasib Wagub DKI

Redaksi RN
PKS-Gerindra 'Koalisi Ngeliwet' Dan Nasib Wagub DKI
M Taufik dan Syakir Purnomo.

Oleh: Rijal YN

Koalisi itu ibarat makan liwetan. Guyup saat menyiapkan sajian makanan tapi porak poranda setelah kenyang dan mencari posisi masing-masing untuk bersandar. 

Begitu juga dengan hubungan PKS dan Gerindra. Setelah sukses memenangkan Anies-Sandi di Pilkada 2017 maka mereka adalah mencari tempat sandaran. 

BERITA TERKAIT :
PKS Janji Tak Jadi Oposisi Di Jakarta, Jangan Coba-Coba Colek Pram-Rano?
Supian-Chandra Pimpin Kota Depok, Jago PKS Siap Menang Tapi Gak Ikhlas Kalah?

Apalagi, kini Gerindra sudah bersandar ke Jokowi dan PDIP pasca pilpres. Artinya tidak ada lagi beban dengan PKS. 

Munculnya empat nama baru sebagai calon Wagub DKI dari Gerindra adalah hal wajar dalam politik. Karena tak ada etika dalam politik. Dan yang ada hanya tempat bersandar. 

Dikutip dari buku Panggung Komunikasi Politik oleh Gun Gun Heryanto menyebutkan, dalam proses komunikasi politik, posisi aktor dalam berkomunikasi selalu terhubung dengan konteks, pesan dan maknanya (meaning).

Kalau saja PKS yang dirangkul PDIP dan Jokowi dikabinet pasti Gerindra akan ditinggalkan. Bisa benar bisa juga salah, karena ini hanya analisa sempit. 

Kini nama sudah disetorkan. Artinya ada enam calon pengganti Sandiga Uno. Dari enam pasti hanya satu yang menang. 

Karena tak ada pertandingan politik menang dua kandidat. Baik Gerindra dan PKS punya mimpi untuk menempatkan kadernya di Balaikota. 

Siapa pun yang menang, Anies tak masalah. Asalkan bisa satu jalan dan mau mengikuti yang sudah ada.

Kini penentuan ada di DPRD, jika dilakukan voting, secara hitungan pasti Gerindra yang menang. M Taufik Cs lebih mahir melobi fraksi lain ketimbang Syakir Purnomo. 

Di Kebon Sirih, Fraksi PKS dikenal tak membumi. Jarang bergaul dan agak kaku dalam melakukan komunikasi politik. 

Dulu, ada Triwisaksana alias Sani dan Selamat Nurdin alias Bang Didin. Tapi Sani dan Bang Didin tak lagi nyaleg dan tak punya kursi di DPRD. 

Dua tokoh senior PKS itu sepertinya kena 'depak' karena dituduh sebagai gerbong Anis Matta dan Fahri Hamzah. Kalau saja tugas lobi diserahkan kepada Sani dan Bang Didin pasti jago PKS yakni Ahmad Syaikhu sudah duduk manis di Balaikota.

Dalam pandangan Leon Festinger (dalam Shaw dan Constanzo 1982) disonanasi kognitif dipahami sebagai ketidak cocokan hubungan antar elemen kognisi. Pengetahuan pendapat, keyakinan atau apa yang dipercayai tentang dirinya sendiri dan lingkuangannya merupakan bagian dari elemen pokok kognisi. Tidak konsistennya antara apa yang dipikirkan dengan yang dirasakan atau dialami menyebabkan kekecewaan bahkan frustasi. 

 

#Opini   #WagubDKI   #PKS