RADAR NONSTOP - Banjir di Jakarta lebih ramai di media sosial ketimbang yang dirasakan warga. Sebab, air akibat hujan deras pada Selasa (17/12) itu tidak separah era Ahok.
Jamil misalnya warga Kebayoran Lama ini mengaku sempat terjebak banjir di Jalan Gatot Subroto. "Akh biasa aja toh air cepat surut. Cuma ramai di medsos," aku pengemudi ojeg online (ojol) ini saat ditemui wartawan.
Bapak satu anak ini mengaku pada era Ahok dirinya sempat terjebak banjir di Kelapa Gading hingga motornya turun mesin. "Kalau sekarang sih bukan banjir, karena motor saya bisa lewat," ungkapnya.
BERITA TERKAIT :Ara Sebut Jokowi Macan Tidur, Gara-Gara Anies Dukung Pramono
Bakal Dihajar Hujan, Warga Jakbar Harus Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Banjir
Di Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakbar warga yang rumahnya terendam banjir mengaku sebelum Anies jadi gubernur ketika banjir bisa sampai dua Minggu.
"Sekarang sudah surut. Jadi buat kami biasa lah, dulu lebih dalam airnya bisa sepinggang dan surutnya lama," aku warga Ucup.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta yang diterima reporter Tirto, ada 19 titik genangan yang tersebar di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Genangan terbanyak muncul di Jakarta Selatan. Itu terjadi di Jalan Satrio dengan ketinggian air 10 sampai 20 cm, Jalan Jenderal Sudirman (10-40 cm), Jalan Gatot Subroto (10-30 cm), Jalan Kapten Tendean (5-15 cm), Jalan Rasuna Said (10-20 cm), Jalan Denpasa Raya (10-30 cm), dan Jalan Pasar Kebayoran Lama (10-35 cm).
Sementara di Jakarta Pusat genangan terjadi di: Jalan Gerbang Pemuda (10-25 cm), Jalan Gelora (10-30 cm), Jalan Asia Afrika (10-20 cm), dan Jalan Pangeran Diponegoro (5-15 cm).
Di Jakarta Timur, genangan muncul di Jalan Raya Lapangan Tembak Cibubur (5-10 cm), Jalan Pulomas Raya (20 cm), Jalan Pemuda Raya (5-10 cm), Jalan Komodor Halim (15 cm), dan Jalan Bojana Tirta (35 cm).
Lalu di Jakarta Barat, genangan muncul di Jalan Letjen S Parman (5-15 cm), Jalan Tanjung Duren Raya (10-30 cm), dan Jalan Tubagus Angke (10-30 cm).
"Sekarang cepat surut dan langsung sigap lho. Sebelum Anies biasanya Grogol depan Trisakti sudah lumpuh," ungkap Yohanes warga Pluit, Jakut yang pada 2015-2016 mobilnya mogok terendam air.
Di media sosial (medsos) tagar #banjir menjadi trending topik. Mereka membully dan nyinyir soal banjir yang menggenangi ibukota.
"Kalau medsos kan biasa lah ramai. Mungkin mereka orang kaya yang gak ada kerjaan jadi sibuk main medsos kalau kami rakyat kecil biasa saja, toh air sudah surut cepat kok," ungkap Muhidin (26) sales motor saat berteduh di kawasan Senayan.
Titik Banjir Menurun
Kondisi banjir Jakarta pada tahun 2016.
Banjir Jakarta sudah menjadi kebiasaan rutin setiap musim penghujan datang. Dari era Sutiyoso, Fauzi Bowo, Jokowi hingga Ahok banjir selalu datang.
Padahal jika dilihat secara fakta, genangan air di ibukota terus menurun. Artinya, genangan air akibat hujan deras lantaran saluran air yang tersumbat dan tak bisa menampung.
Tersumbatnya saluran air diduga karena gedung-gedung bertingkat tak memiliki penampungan limbah. Bahkan, ada beberapa gedung yang membuang sampah di saluran air.
Data BPBD dan Dinas Sumber Daya Air DKI, setidaknya ada 25 titik rawan banjir dan 15 titik rawan genangan yang perlu diwaspadai.
Pada 2013 di Jakarta, misalnya, tercatat 38 orang meninggal akibat banjir. “Ada 83.554 pengungsi dari 35 kelurahan di 24 kecamatan dengan 1.115 lokasi pengungsian,” seperti dikutip dari situs resmi BPBD, Selasa, 26 Januari 2015.
Pada Januari 2014, banjir di Jakarta terjadi di 124 kelurahan dengan 37 kecamatan. Jumlah lokasi pengungsian menurun menjadi 434 titik. Total, ada 235.634 jiwa yang terdampak banjir. Meski demikian, tidak ada korban jiwa pada banjir tahun 2014.
Sedangkan pada Januari 2016, banjir menggenangi 36 kelurahan di 15 kecamatan. Jumlah penduduk yang terdampak sebesar 13.073. jumlah pengungsi sebanyak 3.255 di 59 titik serta tidak ada korban jiwa.
Di Jakarta Timur, Kecamatan Jatinegara masih menjadi langganan banjir. Tahun 2013, ada 95 titik pengungsi yang tersebar di wilayah tersebut.
Adapun di Jakarta Selatan, Kelurahan Bukit Duri masih berpotensi terkena banjir. Begitu pula dengan Tambora, Jakarta Barat. Untuk Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, Karet Tengsin dan Marunda masih berpotensi terkena banjir.