Sabtu,  23 November 2024

Airin - Menristek Bahas Penanganan Radioaktif Batan Tangsel

Doni
Airin - Menristek Bahas Penanganan Radioaktif Batan Tangsel

RADAR NONSTOP- Walikota Tangerang Selatan (Tangsel), Airin Rachmi Diany menghadiri rapat dengan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, terkait tindaklanjut penanganan radiasi  yang terjadi di Perumahan Batan Indah, Setu, Tangsel.

Berdasarkan rilis media yang berhasil diterima Radarnonstop.co (Rakyat Merdeka Group) menyampaikan, rapat yang bertempat di Ruang rapat lantai 24 Gedung II BPPT, Jakarta, tersebut dipimpin langsung Menristek Bambang Brodjonegoro.

Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, menjelaskan, setidaknya menurut catatan terdapat tiga RT dilingkungan setempat yang terpapar akibat radiasi.

BERITA TERKAIT :
DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
Pilkada Banten Dirusak Dengan Politisasi Hukum, Aktivis 98: Kita Tau Siapa Pemainnya

“Sekarang kami akan menunggu imbauan selanjutnya. Sesuain arahan, menunggu 20 hari. Tapi kami berharap bisa lebih cepat dari 20 hari,” terang Airin Rachmi Diany.

Airin juga menambahkan jika penjelasan mengenai paparan radioaktif ini tidak bisa dijelaskan yang bukan ahlinya. Sehingga dirinya memastikan jika pihak pusat bisa menyampaikan keadaan paparan radioaktif ini agar tidak simpangsiur disampaikan kepada masyarakat.

Terkait dengan masalah pencemaran limbah nuklir di area Kompleks Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Menristek-BRIN Bambang Brodjonegoro menegaskan bahwa insiden kontaminasi bahan radioaktif ini bukan akibat dari kebocoran fasilitas reaktor nuklir yang ada di Puspiptek Setu.

"Prosedur dari staf atau pegawai Batan yang bekerja di kompleks reaktor sudah terjaga dengan baik, sehingga potensi kebocoran tadi juga relatif sudah tidak mungkin," katanya.

Kepala Bapeten Azhar Djaloeis dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa kasus ini tidak bisa diklasifikasikan sebagai kecelakaan nuklir."Klasifikasinya adalah pencemaran limbah radioaktif di lingkungan," ujarnya.

Maka dari itu, hal ini tidak bisa disamakan dengan kejadian besar layaknya kecelakaan energi di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang pada 2011 lalu.

"Itu jauh sekali skalanya, dan kalau kita dapat counting radiasi yang lumayan tinggi tapi saat ini sudah dilakukan pengerukan oleh Batan kemudian dipindahkan, sehingga sudah menurun," katanya.

Azhar Djaloeis menjelaskan jika saat ini dirinya sudah melakukan koordinasi sebagai bentuk pengamanan lokasi. Di mana, Batan dan Polres saling berkerjasama dalam mengatasi kasus ini.

”Kami sudah melakukan koordinasi dengan Polres guna penganan TKP,” kata dia.

Sementara sejak tanggal 30 Januari lalu, Batan sudah melakukan evakuasi. Dengan lima drum tanah yang dinilai sudah terpapar radioaktif.