Jumat,  17 May 2024

BIN Sebut Puncak Corona Ramadhan, Menag Ngaku Belum Tentu  

NS/RN/NET
BIN Sebut Puncak Corona Ramadhan, Menag Ngaku Belum Tentu  
Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi.

RADAR NONSTOP - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi irit bicara soal virus Corona. Dia enggan menanggapi secara jauh soal puncak Corona pada bulan Ramadhan. 

Badan Intelijen Negara (BIN) sebelumnya memperkirakan puncak penyebaran infeksi virus Corona terjadi pada bulan Ramadan mendatang atau bulan April-Mei. 

"Itu baru prediksi. Kan belum tentu ya? Saya nggak (komentar) masalah prediksi ya. Saya nggak boleh ngomong," ujar Fachrul di UHAMKA, Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (14/3/2020).

BERITA TERKAIT :
Wacana Kabinet Prabowo Diisi 40 Menteri, Ganjar: Tidak Sesuai Undang - Undang
Klaim Kerja Lalu Target Jabatan, Banyak Muncul Relawan Toxic Di Prabowo 

Lebih lanjut, Fachrul mengatakan, untuk kegiatan Salat Tarawih dan buka puasa bersama di Masjid Istiqlal akan tetap dilaksanakan. Namun, hal itu akan dievaluasi kembali apabila ada situasi genting.

"Yang jelas kami sudah cerita di Masjid Istiqlal misalnya tetap melaksanakan Salat Tarawih, tetap melaksanakan ibadah. Kecuali nanti ada perkembangan situasi yang sangat buruk nanti kita pikirkan lagi," katanya.

Seperti diberitakan, Deputi V BIN Afini Boer mengungkap permodelan yang dibuat pemerintah terkait penyebaran virus Corona. Puncak penyebaran infeksi virus tersebut diprediksi terjadi 60-80 hari sejak pertama kali diumumkan atau pada April-Mei saat memasuki bulan Ramadhan.

"Jadi, kalau kita hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa," kata Afini dalam diskusi 'Bersatu Melawan Corona' di Little League, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (13/3).

Afini juga mencontohkan permodelan yang ada di China dan Inggris. Untuk kasus di Indonesia, permodelan dibuat sesuai data-data terkait Corona yang sudah ada.

"Di Indonesia sebetulnya bekerja sama dengan beberapa pihak, itu sama juga membuat permodelan dari data yang sudah ada. Dari permodelan yang ada, kita memperkirakan bahwa masa puncak di Indonesia itu akan berlaku 60-80 hari sejak infeksi pertama itu diumumkan tanggal 2 Maret," kata Afini.