Minggu,  22 December 2024

OPINI

Rupiah Babak Belur, Saatnya Harga BBM Turun Dong...

Redaksi
Rupiah Babak Belur, Saatnya Harga BBM Turun Dong...
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Rupiah kian babak belur. Saat ini level rupiah  Rp15.500 per USD dan menuju level Rp16.000 per USD.

Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), Rupiah berada di level Rp15.712 per USD pada Kamis (19/3/2020) pagi.

Nilai tukar Rupiah tersebut melemah dibandingkan periode hari sebelumnya yang sebesar Rp15.223 per USD. Pada 19 Maret 2020: Rp15.712, 18 Maret 2020: Rp15.223, 17 Maret 2020: Rp15.083 dan 16 Maret 2020: Rp14.818. 

BERITA TERKAIT :
Lawrence Wong Kena COVID-19, Yang MMau Liburan Ke Singapura Waspada
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor

Ambruknya rupiah bisa menimbulkan kepanikan ekonomi di Indonesia. Inikah saatnya harga BBM turun? 

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia atau OPEC menyatakan, harga minyak dunia jatuh di bawah US$30 per barel. Harga ini adalah terendah dalam 18 tahun terakhir.

Tercatat, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun US$1,32 atau 4,39 persen ke posisi US$28,73 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melemah US$1,75 atau 6,1 persen menjadi US$26,95 per barel.

Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei jatuh US$3,85 atau 13,4 persen ke posisi US$24,88 per barel.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April anjlok US$6,58 atau 24,4 persen menjadi US$20,37 per barel. Minyak Brent merosot lebih dari 50 persen dalam 10 hari terakhir. Sebab, semua sekolah-sekolah tutup, kegiatan bisnis berhenti, dan pemerintah di seluruh dunia mendesak warga untuk membatasi pertemuan.

Kondisi ini memicu penurunan permintaan minyak. Goldman Sachs memprediksi permintaan minyak global pada akhir Maret turun sebanyak 8 juta hingga 9 juta barel per hari (bph).

Wakil presiden penelitian di Tradition Energy di Stamford, Connecticut Gene McGillian mengatakan harga minyak mencoba mencari titik terendah, namun tidak dapat menemukannya.

"Ada ketakutan akan keruntuhan ekonomi karena virus ini, secara global," ucapnya.

Sebelumnya, pasar minyak sudah guncang setelah Arab Saudi memutuskan meningkatkan pasokan secara signifikan. Pasalnya, Arab Saudi dan Rusia tidak mencapai kesepakatan pemangkasan produksi guna mengantisipasi pelemahan permintaan.

Arab Saudi mempertahankan produksi lebih dari 12 juta bph dan mengabaikan permohonan pemangkasan produksi untuk menyeimbangkan pasar. "Segala sesuatunya berubah dengan sangat cepat. Kami menemui satu peristiwa ekstrem yang bertabrakan dengan lainnya," kata wakil presiden penelitian di Mobius Risk Group di Houston John Saucer.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah meminta agar harga BBM dikaji ulang. Dia ingin memanfaatkan penurunan harga minyak dunia untuk mendorong perekonomian. 

Jokowi meminta kepada sejumlah menteri terkait untuk menghitung berapa lama penurunan harga minyak dunia akan terjadi dan proyeksi harga ke depan.

Ia juga telah memerintahkan menteri Kabinet Indonesia Maju untuk menghitung dampak penurunan harga minyak dunia terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi maupun nonsubsidi. 

"Ini harus direspons dengan kebijakan yang tepat dan kami juga harus bisa memanfaatkan momentum dari penurunan minyak ini untuk perekonomian Indonesia," ujar Jokowi, Rabu (18/3).

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan pihaknya sedang mengkaji kemungkinan penurunan harga BBM karena harga minyak dunia turun beberapa waktu terakhir. Ia mengaku masih harus mengevaluasi beberapa hal sebelum membuat kebijakan baru.

"Sedang dipelajari, sedang dihitung. Kami akan lakukan evaluasi dulu," kata Arifin.

Menurut dia, kajian dilakukan karena pemerintah tak ingin terburu-buru menurunkan harga BBM. Pemerintah masih merasa perlu melihat tren penurunan harga minyak dunia terlebih dahulu.