RADAR NONSTOP - Menteri Keuangan Sri Mulyani pening. Corona yang terus meluas berpotensi menggerus pendapatan negara.
Karena penurunan pendapatan tersebut, defisit APBN 2020 diperkirakan akan membengkak menjadi Rp853 triliun atau 5,07 persen dari PDB.
Kementerian Keuangan menyebutkan, pendapatan negara yang dalam APBN 2020 diproyeksikan bisa mencapai Rp1.760,9 triliun akan turun sampai dengan 10 persen akibat wabah tersebut. Penurunan dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya, pelemahan pendapatan di sektor perpajakan.
BERITA TERKAIT :Beda Dengan Jokowi, Prabowo Tancap Gas Tanpa Pecitraan Dan Bawa Oleh-Oleh Investasi
19,9 Ribu Ibu Hamil Kurang Energi, Sri Mulyani Sebut Anggaran Kesehatan Rp187,5 T
Ibarat jatuh tertimpa tangga, penurunan dipicu dengan belanja pemerintah berpotensi membengkak soal belanja kesehatan, bantuan sosial, dan insentif dunia usaha.
Sri Mulyani menyatakan dampak penyebaran virus corona terhadap ekonomi akan lebih kompleks dibandingkan dengan krisis yang terjadi pada 1997-1998 dan 2008-2009. Pasalnya, wabah tersebut tak hanya berdampak pada nyawa manusia tapi juga hampir seluruh sektor ekonomi.
"Kami sampaikan virus corona jauh lebih kompleks dari 1997-1998, karena saat itu kami tahu penyebab dan bisa menahan. Kalau yang virus corona belum tahu penahannya apa," ucap Sri Mulyani melalui video conference, Senin (6/4).
Ia menuturkan dampak ekonomi virus corona juga lebih kompleks dari krisis ekonomi 2007-2008 lalu. Sebab, saat itu hanya sektor keuangan yang terkena dampak dari krisis ekonomi yang terjadi.
"Saya sampaikan virus corona jauh lebih kompleks dari 2008-2009 karena mengancam manusia, mematahkan seluruh fondasi ekonomi di seluruh negara dan gejolak di pasar modal yang tidak ada jangkar," papar Sri Mulyani.
Sejauh ini, kata Sri Mulyani, belum ada pihak mana pun yang bisa memastikan kapan tepatnya penyebaran virus corona akan berakhir, baik di Indonesia maupun secara global. Semua, hanya bisa memprediksi.
"Tidak ada yang tahu kapan virus corona berhenti," imbuhnya.