RADAR NONSTOP - Pembunuh bayaran ternyata bukan hanya ada di film-film mafia saja. Di dunia nyata, aksi para eksekutor itu mempunyai sindikat yang bisa dilatih dengan waktu cepat.
Insiden bos pelayaran, Sugianto (51) di Kelapa Gading, Jakarta Utara menguak tabir adanya jaringan sindikat pembunuh bayaran.
Nur Luthfiah (35) merencanakan penembakan Sugianto (51) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, dengan menyewa pembunuh bayaran sebesar Rp 200 juta. Polisi pun mengungkap asal usul uang yang digunakan Nur Luthfiah untuk membayar para eksekutor.
BERITA TERKAIT :Ibu Dan Istri Dihina Jadi Pelacur, Tukang Jagal Ikan Penggal Kepala Mantan Istri Siri
Istri Selingkuh Dan Kabur Dari Rumah, Buruh Bangunan Bantai Mandor
"Yang 200 juta ya bisa dikatakan uangnya NL (Nur Luthfiah)," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Senin (24/8/2020).
Nana mengatakan uang Rp 200 juta itu merupakan tabungan Nur Luthfiah. Nur Luthfiah rela menguras tabungannya lantaran takut dilaporkan ke polisi oleh korban lantaran menggelapkan uang pajak perusahaan.
Nana menyebut Nur Luthfiah, adalah karyawan korban, merencanakan pembunuhan lantaran sakit hati dilecehkan dan mendapat ancaman dari korban. Nur Luthfiah kemudian meminta suami sirinya, Ruhiman (42), untuk mencari orang yang mau mengeksekusi korban.
Setelah didapatkan yang bersedia mengeksekusi, selanjutnya pada 4 Agustus, Nur Luthfiah langsung mentransfer uang Rp 100 juta kepada Ruhiman dan selanjutnya pada 6 Agustus mentransfer Rp 100 juta kepada tersangka Ir Arbain Junaedi (56).
"Jadi Rp 200 juta uang diserahkan kepada para sindikat pembunuh bayaran," ucap Nana.
Setelah para eksekutor dibayar, para tersangka kemudian sepakat mengeksekusi korban pada 13 Agustus 2020. Sugianto ditembak sebanyak 5 kali oleh tersangka Dikky hingga tewas di depan ruko miliknya.
Total ada 12 tersangka yang ditangkap terkait penembakan maut ini. Mereka adalah Nur Luthfiah (34), Ruhiman (42), Dikky Mahfud (50), Syahrul (58), Rosidi (52), Mohammad Rivai (25), Dedi Wahyudi (45), Ir Arbain Junaedi (56), Sodikin (20), Raden Sarmada (45), Suprayitno (57), dan Totok Hariyanto (64).
Insiden Bos Roti
Insiden pembunuh bayaran juga dialami oleh WNA Taiwan bernama Hsu Ming-Hu (52). Bos roti tewas di Deltamas Cikarang, Bekasi.
Sri Sadewi alias SS (37) tega membunuh bosnya, karena dihamili korban, sedangkan korban enggan bertanggung jawab.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana mengatakan, awalnya, WNA Taiwan itu dilaporkan menghilang oleh rekannya sesama WNA Taiwan sejak Sabtu, 26 Juli dan Hsu Ming-Hu tak bisa dihubungi sama sekali.
Adapun korban ternyata ditemukan telah tewas oleh jajaran Polres Subang di Sungai Citarum dengan kondisi penuh luka tusukan.
"Korban ditemukan di Sungai Citarum dan dilakukan autopsi di RS Bhayangkara Indramayu, hasilnya sidik jari cocok dan telah kami konfirmasi ke pihak keluarga dan Kedutaan," ujarnya pada wartawan, Rabu (12/8/2020).
Dari situ, polisi pun melakukan penyelidikan dan diketahui kalau ternyata korban dibunuh oleh asisten pribadi korban, SS. Hsu Ming-Hu diketahui merupakan pengusaha yang punya pabrik roti dan lima toko roti. Alasan pembunuhan itu dilakukan karena SS kesal dengan korban yang enggan bertanggung jawab setelah menghamilinya.
WNA Taiwan itu justru memberikan uang sebesar Rp15 juta pada SS untuk menggugurkan kandungannya.
Pelaku SS, kata Nana, lantas menghubungi FI, seorang notaris yang jasanya kerap dipakai korban untuk mengurusi aset-asetnya tersebut. SS mengajak FI untuk melukai korban dengan cara menyantetnya agar menjadi cacat.
"Dia (SS) pernah minta sama si FI untuk nyantet pakai dukun, bayar Rp 15 juta tapi tak pernah berhasil. Lalu bulan juni dia (SS) minta lagi dan bilang sudahlah, dihilangkan saja (nyawa) si Hsu," paparnya.
Akhirnya, direkrutlah pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa korban dengan bayaran Rp150 juta. Adapun mereka berinisial AF, SY, S, R, dan MS yang mana punya perannya masing-masing dalam melakukan aksi pembunuhannya tersebut.
Lalu, pada Jumat, 24 Juli lalu, 4 orang pelaku sewaan SS dengan inisal AF, SY, S, dan R menyatroni rumah Hsu di Cluster Carribea, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi. Mereka berempat membagi tugas untuk menyamar, mengawasi situasi, menghabisi, dan membuang jenazah Hsu usai dibunuh.
Korban dibunuh dengan cara ditikam sebanyak 5 kali, mayatnya lantas dibuang di Sungai Citarum, Subang, Jawa Barat malam harinya. Setelah berusaha menghilangkan jejak, SS dan para tersangka itu menguras habis isi rekening korban.
"Penangkapan sendiri dilakukan pada Kamis, 30 Juli di lokasi berbeda-beda," katanya lagi.