RADAR NONSTOP - Permintaan Garda Nasional untuk Rakyat (GNR) agar Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) memanggil calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, terkait kasus dugaan hoaks Ratna Sarumpaet dianggap salah alamat.
Sebab, kata Presidium Pusat Kajian Isu Strategis Sekretariat Nasional (Seknas), Relawan Prabowo-Sandi, Syarif Achmad, Ketua Umum Gerindra itu merupakan korban dari informasi fiktif Ratna.
"Jadi, sama sekali tidak ada kaitannya dengan Pak Prabowo," ujarnya di Jakarta, Selasa (23/10/2018).
BERITA TERKAIT :Yang Klaim Penyelenggara Pemilu Dukung RIDO Berpotensi Kena Somasi, Sama Dengan Sebar Hoax
330 TPS Pilkada DKI Dinilai Rawan, Yang Bikin Gaduh Bakal Diborgol
Prabowo diketahui menggelar jumpa pers di kediamannya, Jakarta, 2 Oktober 2018. Pada kesempatan tersebut, dia mengecam pelaku pengeroyokan terhadap Ratna.
Mantan Danjen Kopassus ini, juga akan meminta waktu bertemu Kapolri untuk membahas kasus tersebut. Pernyataan-pernyataan itu, disampaikan usai bertemu Ratna dan meminta keterangannya.
Sehari berselang, giliran Ratna mengadakan jumpa pers di kediamannya, Jakarta. Dia menyampaikan, kabar penganiayaan terhadap dirinya adalah bohong.
Ratna turut menyampaikan, kebohongan tersebut karangannya sendiri. Karenanya, menyampaikan permohonan maaf kepada Prabowo dan senior Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, karena membelanya.
Beberapa hari kemudian, Ratna Sarumpaet diamankan di Bandara Soekarno-Hatta, Banten. Setelah diperiksa, lalu ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan kabar bohongnya dianiaya di Bandung, Jawa Barat.
Menurut Syarif, lumrah bila Prabowo dan sejumlah pihak mengecam penganiayaan tersebut. "Itu murni respons kemanusiaan beliau untuk empati pada siapapun yang teraniaya, bukan respons politik," tegasnya.
Karenanya, dia menilai, pelaporan GNR ke Bawaslu menyakut kasus ini dan mengadukan Prabowo, merupakan upaya relawan petahana, untuk mendegrasi kekuatan dukungan penantang Joko Widodo (Jokowi).
"Dengan memanfaatkan dan menyudutkan Pak Prabowo terkait kasus Ratna," jelasnya. GNR merupakan relawan pendukung Jokowi.
Bagi Syarif, kasus tersebut sudah selesai karena Ratna mengakui perbuatannya dan menjadi aktor utama kabar bohong itu. "Dan Pak Prabowo sudah menyampaikan permintaan maaf terkait sikap dan empati beliau yang keliru," ucapnya.
Dia melanjutkan, kasus tersebut pun tak ada kaitannya dengan pemilihan presiden (pilpres). Apalagi, kalimat yang disampaikan Prabowo tidak tendensius dan tergolong kampanye hitam terhadap petahana. "Jangan baperlah (bawa perasaan)," tutup Syarif.