RADAR NONSTOP - Corona di Depok, Jawa Barat nampaknya makin parah. Kebijakan jam malam yang dikeluarkan ternyata tidak efektif.
Beberapa pedagang mengaku, kalau mereka nekat buka karena kebutuhan ekonomi. "Kalau tidak buka gimana makan kami," keluh Samir, pedagang burger di kawasan Sawangan, Selasa (15/9) malam.
Tarta warga Pancoran Mas menyatakan, kusutnya penanganan Corona diduga karena wali kota dan wakilnya sibuk pilkada. "Sibuk pasang spanduk bro. Kebijakan gak jelas dan lemah sanksi," tegasnya.
BERITA TERKAIT :Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Orang Sawangan Kapok Janji Manis PKS, Imam Bisa Jebol Dilibas Supian?
Wali Kota Depok M Idris dan wakilnya, Pradi pecah kongsi. M Idris berpasangan dengan Imam Budi Hartono diusung partai PKS dengan 11 kursi, Demokrat 4 kursi, dan PPP 2 kursi di DPRD Depok.
Sepanjang ruas jalan di Depok saat ini sudah terpasang banyak atribut pasangan calon dari M Idris dan Pradi. Spanduk dan baliho itu bertebaran dan tragisnya ada di pohon dan tiang listrik.
Sementara Pradi Supriatna berduet dengan Afifah Alia. Partai pendukungnya yakni Partai Gerindra dan PDIP, Golkar, PSI, PKB, dan PAN. Kemudian juga ada partai non parlemen seperti Perindo, Nasdem, PBB, dan Hanura yang mendukung pasangan ini.
Diketahui, saat ini Pemkot Depok memberlakukan jam malam. Tapi, kebijakan Wali Kota M Idris itu nampaknya tidak digubris warga. "Kami dagang kalau tutup cepat gak makan, ya mati juga kita," ucap pedagang nasi goreng di kawasan Margonda.
Seperti diberitakan, sebelumnya Kepala Unit Pelayanan Tehnis (UPT) Pemakaman Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, Hasudungan mengatakan saat ini peti mati yang tersedia untuk pasien covid-19 semakin menipis.
“Data kami peti mati semakin menipis, sejak 10 April sampai 13 September ada sebanyak 121 peti (jenazah) yang sudah kami keluarkan,” kata Hasudungan kepada awak media pada Selasa (15/9/2020).
Dia memastikan peti mati digunakan untuk pasien covid-19, namun dirinya tak bisa memastikan apakah pasien tersebut bersetatus positif atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19.
“Kami keluarkan sesuai protap. Kita nggak bisa menjust korban positif atau PDP, itu hanya pihak rumah sakit yang tahu,” jelasnya.
Lebih lanjut Hasudungan mengungkapkan untuk saat ini peti jenazah untuk pasien Covid-19 di UPT-nya hanya tersisa 3 unit. Hal tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya jumlah pasien Covid-19 yang meninggal.
"Di gudang kami hanya tersisa 3 unit peti mati. Rencananya kami mau ambil di Sentra Medika" pungkasnya.