Senin,  25 November 2024

Boikot Produk Hingga Ancaman Demo Di Gedung Kedubes Prancis 

NS/RN/NET
Boikot Produk Hingga Ancaman Demo Di Gedung Kedubes Prancis 
Kantor Kedubes Prancis di Jakarta.

RADAR NONSTOP - Ucapan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang telah melukai ummat Islam berbuntut panjang. Bukan hanya aksi boikot produk, tapi berbagai elemen Islam siap mengepung Kedutaan Besar (Kedubes) Prancis, Jalan MH Thamrin, Menteng, Jakarta.

Aksi demo kabarnya akan berlangsung pada 2 November. Adapun eksponen yang akan berunjuk rasa antara lain Persaudaraan Alumni (PA) 212, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, dan lain-lain.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Heru Novianto mengatakan pihaknya akan melakukan pengamanan di Gedung Kedubes Prancis hingga Senin 2 November 2020. 

BERITA TERKAIT :
KFC Jebol Rp 557 Miliar Dan PHK Ribuan Karyawan, Apakah Dampak Boikot?
Paul Pogba Belajar Bahasa Indonesia

"Iya hari ini, sampai tanggal 2. Dan kita akan tingkatkan, karena aksi yang tanggal 2 itu sudah ada suratnya dan memang sudah di layangkan ke Polda Metro. Maka kita fasilitasi nanti mereka untuk melaksanakan aksinya," ujar Heru di depan Gedung Kedubes Prancis.

Heru menuturkan, saat ini pihaknya mengerahkan 4 Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau sekitar 400 personel untuk mengamankan Gedung Kedubes Prancis. Jumlah itu akan ditingkatkan pada hari H aksi.

Heru mengungkapkan, tadi ada puluhan massa yang akan menggelar demonstrasi di Gedung Kedubes Prancis. Namun, massa aksi diarahkan untuk menggelar unjuk rasa pada 2 November bersama elemen masyarakat lainnya.

"Kita mengimbau mereka untuk aksi di tanggal 2. Setelah kami tanya beberapa orang itu mendapatkan selebaran dari medsos. Medsos itu dari siapa kita juga tidak ngerti maka kami arahkan karena pemberitahuannya itu tanggal 2 maka untuk aksi dilaksanakan tanggal 2," ucapnya.

"Namun demikian, kami kepolisian tetap melaksanakan antisipasi, fasilitas jaga di sini bila ada aksi-aksi yang tidak terdaftar atau tidak melaporkan diri ke Polda kami tetep coba antisipasi," tambah Heru.

Sejak Jumat (30/10), depan Gedung Kedubes Prancis, aparat kepolisian sudah mulai memasang kawat berduri untuk menyekat massa. Selain itu kendaraan taktis juga sudah disiagakan. Terlihat juga personel Brimob dan Sabhara sudah berada di lokasi.

Sebagaimana diberitakan, pernyatan Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait ekstremisme Islam telah menuai reaksi keras dari berbagai negara, terutama negara Arab dan negara mayoritas Islam.

Macron dianggap telah menghina Islam dan membela penerbitan kartun Nabi Muhammad yang kontroversial. Sejumlah negara telah menyampaikan kecamannya atas pernyataan Macron tersebut, sementara aksi boikot produk Prancis telah diserukan di beberapa negara termasuk Kuwait, Qatar dan Turki.