RADAR NONSTOP - Corona ternyata membuat tahu dan tempe ikut melejit. Makanan yang menjadi bahan pokok kedelai itu membuat emak-emak teriak.
"Tempe mahal dan susah dicari," tegas Dian, emak-emak yang tinggal di kawasan Kalideres, Jakbar, Rabu (6/1).
Begitu juga dengan Saripah. Emak dua anak warga Rawamangun, Jaktim menyatakan, dirinya sudah empat hari ini tidak menemui tempe di pasar.
BERITA TERKAIT :Sumedang Gempa, Warga: Lagi Bakar Ayam Tapi Ayamnya Terbang
Pesta Di HI Dan Thamrin, Cipulir Malah Berduka Akibat Banjir
"Kalaupun ada harganya mahal," ungkap Saripah.
Diketahui, Satgas Pangan Bareskrim Polri menelusuri dugaan penimbunan kedelai dengan mengecek sejumlah lokasi.
Sejauh ini, Bareskrim telah meninjau gudang-gudang importir kedelai di wilayah Jabodetabek.
Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono mengatakan Satgas Pangan bergerak ke gudang penyimpanan kedelai PT. Segitiga Agro Mandiri di Bekasi, Jawa Barat. Diketahui, perusahaan ini memiliki kapasitas penyimpanan hingga 7.000 ton kedelai per bulan. Kedelai ini, sebut Argo, biasa digunakan untuk pakan ternak maupun pembuatan minyak kedelai.
"Bahwa kedelai import tersebut selain diperuntukkan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kualitas II juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainnya," kata Argo melalui keterangan tertulis, Rabu (6/1/2021).
Tak hanya itu, perusahaan ini juga mendistribusikan kedelai untuk UMKM yang bergerak di industri tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek dam Jawa Barat. Biasanya, perusahaan ini mendistribusikan 250-300 ton kedelai per hari. Namun, sejak beberapa bulan terakhir ini, perusahaan melaporkan kenaikan harga kedelai.
"Didapat informasi dari Staff Perusahaan tersebut Kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya Rp. 6.800 menjadi Rp. 8.300 juga disebabkan dikarenakan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan Singapore dan sering terjadinya delay dikarenakan menunggu waktu dalam connecting ke Indonesia sehingga keterlambatan antara 2- 3 minggu," papar Argo.
Pengecekan selanjutnya dilakukan di PT. FKS Mitra Agro yang berlokasi di Cikupa, Tangerang. Melalui penelusuran ini, diketahui bahwa perusahaan telah memasok 533,29 ton sekaligus mendistribusikan 79 ton kedelai per 31 Desember 2020. Saat ini, perusahaan masih menyetok aekitar 800 ton kedelai.
"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," jelasnya.
Terakhir, Satgas Pangan juga meninjau PT. Sungai Budi di Daan Mogot, Tangerang. Dilaporkan per 4 Januari 2021, perusahaan ini telag memasok 400 ton kedelai kedelai. Selain itu, sebanyak 300 ton kedelai siap didistribusikan ke konsumen. Kini, sisa stok per 5 Januari 2021 sebanyak 100 ton kedelai.
Hingga kini Bareskrim masih turun ke lapangan untuk melakukan pengecekan. Polri menegaskan akan menindaktegas oknum yang terbukti melakukan penimbunan. Sejauh ini, Polri menduga penimbunan ini menyebabkan terjadinya kelangkaan dan peningkatan harga kedelai di pasaran.
"Polri merespons kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila ditemukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," tegasnya.