Jumat,  22 November 2024

Sulawesi Dan Maluku Positif

Waspada, Ekonomi Di Pulau Jawa Dan Bali Lagi Kisut

NS/RN/NET
Waspada, Ekonomi Di Pulau Jawa Dan Bali Lagi Kisut
Ilustrasi

RN - Gempuran Corona membuat situasi ekonomi di Pulau Jawa kisut. Yang tragis adalah kondisi perekonomian di Bali yang menyentuh angka minum sekitar 5 persen.  

Diketahui, Pulau Jawa mengalami kontraksi minus 2,51%, Pulau Sumatera minus 1,19%, Pulau Kalimantan minus 2,27%, Pulau Bali dan Nusa Tenggara minus 5,01%. Sementara Pulau Sulawesi tumbuh 0,23%, dan Pulau Maluku dan Papua tumbuh 1,44%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terfokus di wilayah Jawa dan Sumatera pada tahun 2020. 

BERITA TERKAIT :
Prabowo Lebih Jago Dari Jokowi, Sekali Gebrak Bawa Rp156,5 Triliun Dari China
Gibran Curhat, Dari Makan Bergizi Gratis Hingga Ekonomi 8 Persen

Hal ini menandakan bahwa dua wilayah ini masih menjadi kontribusi besar terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB).

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, struktur ekonomi Indonesia secara spasial masih didominasi oleh Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang memiliki kontribusi terhadap PDB sekitar 80%.

"Dilihat secara spasial, struktur ekonomi tidak berubah, masih di dominasi Jawa dan Sumatera," kata Suhariyanto dalam video conference, Jumat (5/2/2021).


Berdasarkan data BPS, dia menyebut kontribusi Pulau Jawa tercatat sebesar 58,75%, Sumatera sebesar 21,36%, Kalimantan sebesar 7,94%, Sulawesi sebesar 6,66%, Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,94%, sementara Maluku dan Papua sebesar 2,35%.

Sedangkan dilihat dari pertumbuhan ekonominya selama tahun 2020, Pulau Jawa mengalami kontraksi minus 2,51%, Pulau Sumatera minus 1,19%, Pulau Kalimantan minus 2,27%, Pulau Bali dan Nusa Tenggara minus 5,01%. Sementara Pulau Sulawesi tumbuh 0,23%, dan Pulau Maluku dan Papua tumbuh 1,44%.

Suhariyanto mengungkapkan, penyebab Pulau Sulawesi dan Pulau Maluku dan Papua masih tumbuh perekonomiannya karena ada beberapa provinsi yang mengalami pertumbuhan.

"Untuk Sulawesi Tengah perekonomiannya tumbuh 4,86% karena ada kenaikan produksi feronikel. Sementara untuk Papua masih tumbuh 1,44% karena ada dua provinsi yang tumbuh positif yaitu Maluku Utara sebesar 4,29% dan Papua 3,23%. Papua tumbuh positif karena ada kenaikan produksi tembaga," ungkap pria yang akrab disapa Kecuk ini.

Perlu diketahui, realisasi pertumbuhan ekonomi berada di zona negatif yaitu minus 2,07% selama tahun 2020. Hal itu menyusul realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 2,19% di kuartal IV atau terkontraksi minus 0,42% dari kuartal III-2020.

Dengan realisasi tersebut, perekonomian Indonesia masih mengalami resesi setelah sebelumnya di kuartal II terjadi kontraksi 5,32%, kuartal III minus 3,49%, dan kuartal IV minus 2,19%.

Resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi secara dua kuartal berturut-turut. Indonesia sendiri resmi masuk jurang resesi pada kuartal III yang pertumbuhannya minus 3,49%.

Dengan realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 2,07% di tahun 2020 ini juga menjadi catatan terburuk sejak kejadian krisis moneter (krismon) pada tahun 1998 atau 22 tahun silam. Saat itu, krisis moneter menyebabkan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga 13,16% pada tahun 1998.