RN - Corona di Indonesia terus bergerak. Penambahan kasus per hari bisa bisa tembus 10 ribu kasus.
Hingga Sabtu (6/2), kasus positif bertambah 12.156 menjadi 1.147.010. Pasien sembuh bertambah 12.204 menjadi 939.184. Dan, pasien meninggal bertambah 191 menjadi 31.393.
Corona telah merusak ekonomi nasional. Banyak karyawan kena PHK, perusahaan bangkrut dan UMKM mandek.
BERITA TERKAIT :Beda Dengan Jokowi, Prabowo Tancap Gas Tanpa Pecitraan Dan Bawa Oleh-Oleh Investasi
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor
Jika ini terus terjadi maka bisa saja hidup makin sulit. Diketahui, banyak pengusaha yang gulung tikar. Salah satunya di sektor perhotelan.
Pengusaha terpaksa jual hotel di Jakarta melalui sejumlah marketplace. Hotel yang dijual salah satunya hotel berbintang di Kemang, Jakarta Selatan, dengan harga Rp 26,8 miliar. Hotel itu dijual akun Ogi Nugraha di OLX pada 25 Januari 2021.
Selain itu, sebuah hotel di Tanah Abang, Jakarta Pusat, dijual Rp 85 miliar. Hotel itu dijual oleh akun Aldila Aspan pada 1 Februari 2021.
Kemudian, sebuah hotel bintang 5 di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, dijual seharga Rp 2,7 triliun oleh akun Best Properties Indonesia di OLX. Iklan penjualan hotel mewah tersebut juga ada di beberapa marketplace lainnya.
Ada pula sejumlah hotel lain yang dijual melalui marketplace. Saat dikonfirmasi, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI) Jakarta Sutrisno mengatakan, fenomena menjual hotel memang terjadi di Jakarta.
Fenomena menjual hotel diperparah dengan adanya pandemi Covid-19.
“Jual hotel itu sebelum pandemi Covid-19 sudah ada. Akibat pandemi, itu lebih banyak yang jual hotel. Kalau dilihat di iklan-iklan online itu banyak sekali, sudah banyak di Jakarta,” kata Sutrisno dikutip dari Kompas.com, Rabu (3/2/2021) malam.
Hingga kini memang belum ada solusi yang mampu mendongkrak perekonomian rakyat secara menyeluruh.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada sepanjang 2020 minus 2,07 persen.
Realisasi ini anjlok dibandingkan 2019 lalu yang tumbuh 5,02 persen. Kontraksi ekonomi ini dipicu oleh pandemi Covid-19 yang mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan ini sejalan dengan proyeksi pemerintah yang berada di kisaran minus 2,2 persen hingga minus 1,7 persen. Namun, pertumbuhan ini berada di bawah ekspektasi yang dipasang oleh Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB) yang sama-sama memperkirakan Indonesia akan tumbuh minus 2,2 persen.
Pertumbuhan minus 2,07 persen lebih baik jika dibandingkan negara tetangga Singapura yang tumbuh minus 5,8 persen ataupun Filipina yang terkontraksi -9,5 persen.
Bahkan, Amerika Serikat mengalami pertumbuhan minus 3,5 persen dan Uni Eropa minus 6,4 persen
"Indonesia tidak sendiri. Pandemi ini betul-betul menyebabkan kontraksi yang sangat buruk di berbagai negara," ujar Kepala BPS Suhariyanto.
Dari sisi produksi, Suhariyanto mengatakan kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,04 persen.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi, Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70 persen. Adapun, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 14,71 persen.