Kamis,  25 April 2024

Rekan Indonesia

Banjir Terjadi Di Bekasi Dan Tangerang, Kenapa Hanya DKI Yang Jadi Sasaran Bully?

NS/RN
Banjir Terjadi Di Bekasi Dan Tangerang, Kenapa Hanya DKI Yang Jadi Sasaran Bully?
Posko banjir Rekan Indonesia di Jakarta.

RN - Hujan deras yang terjadi dan menggenangi Kota Jakarta sejak Sabtu (20/2) menjadi perhatian publik. Banjir yang disebabkan oleh derasnya curah hujan yang mencapai 200 mm itu ternyata bukan hanya terjadi di Jakarta tapi di Bekasi, Tangerang bahkan Kota Bandung.

Padahal dari data yang disisir oleh Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia luas area yang tergenang hanya 4 Km per segi atau tidak mencapai 1% dari total luas DKI Jakarta.

"Tapi yang menarik adalah, Anies Baswedan dibully habis-habisan. Ada kesan banyak pihak sedang mencari panggung untuk mendompleng bencana," tegas Sekretaris Nasional Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia, Adjie Rimbawan dalam siaran persnya, Senin (22/2). 

BERITA TERKAIT :
Bully Di Sekolah Jakarta Marak, Kekerasan Antar Siswa Bikin Ngeri
Bully Di Sekolah Mahal Ngeri, Tradisi Celana Korban Di Tangsel 

Namun bully kata Adji, tidak mendapat respon terutama warga DKI yang menjadi korban banjir. Warga DKI yang nota bene rata-rata memiliki pengetahuan tinggi dan lebih dewasa serta bijaksana menyikapi musibah banjir tersebut dengan tidak mengeluarkan sumpah serapah. Seakan banjir tersebut kesalahan satu orang saja. 

"Bahkan banjir ini menggerakan warga DKI untuk bahu membahu dengan pemprov DKI menanggulangi musibah banjir. Kolaburasi yang konkrit dimana warga DKI tidak hanya menunggu tapi juga ikut berperan aktif bersama pemprov menganggulangi musibah banjir ini," beber Adjie.

Dari pantauan Rekan Indonesia menurut Adjie, kolaburasi warga dengan pemprov DKI di lokasi banjir saat ini begitu nyata. Bukan hanya saat banjir terjadi, saat surut pun warga tanpa diperintah ikut juga bergabung melakukan bersih-bersih dilingkungannya bersama petugas lintas dinas Pemprov DKI.

Rekan Indonesia yang berada di lokasi bencana lanjut Adjie kalau warga yang menjadi korban banjir menganggap sebagai musibah dan tidak ada yang menganggap ini sebagai kesalahan Pemprov DKI.

“Posko-posko pengungsian yang Rekan dirikan di lokasi banjir menangkap pesan kalau warga tidak terpengaruh dan ini adalam musibah. 2016 kami pernah punya pengalaman dimana untuk membawa korban banjir yang sakit saja menunggu ambulan AGD lama. Kalau sekarang cepat ditangani," terangnya.

Terakhir Adjie mengingatkan juga kepada para politisi untuk tidak mengambil keuntungan politik ditengah musibah banjir. Bagi para politisi serangan yang dilancarkan bukan tanpa tujuan. 

"Mereka sudah membuat kalkulasi politik yang berpotensi melahirkan keuntungan. Keuntungan politik adalah meningkatkan pengaruh sang politisi di tengah publik," tambah Adjie.