RN – Penyanyi Iwan Fals, menyoroti serangan militer Israel terhadap warga Palestina. Untuk itu, Iwan Fals kembali mempopulerkan lagunya yang berjudul “Palestina”.
Ia mengatakan bahwa lagu tersebut bukanlah lagu baru, melainkan sudah tercipta sekitar 6 tahun lalu. Namun, Iwan Fals merasa bahwa saat ini merupakan momen yang pas untuk dinyanyikan kembali.
"Enam tahun yang lalu saya buat lagu ini dan hari ini, saya ingin menyanyikan lagi sebagai bentuk keprihatinan saya terhadap yang terjadi di Gaza akhir-akhir ini, Palestina," ujar Iwan di akun YouTube-nya, Minggu (16/5/2021).
BERITA TERKAIT :Israel Bom Rusun Di Gaza, Ratusan Mayat Bergelimpangan
Setelah Bela Gaza Palestina, Kini Mia Khalifa Tobat Dari Bintang Film Seks
Lagu tersebut berisi kesedihan serta kemarahan dirinya terhadap serangan yang terus-menerus dilemparkan ke Palestina. Mengingat kasus tersebut sudah lama terjadi namun tak kunjung usai.
"Iya berduka, tapi rasanya sudah bosan ya kita berduka. Saya sudah mau marah, ini di atas marah, mau sedih, ini pun juga sudah di atas sedih," ujar Iwan Fals usai menyanyikan lagu Palestina.
Menurutnya, perang yang terjadi antara Israel dan Palestina akibat pengaruh nafsu, amarah, dan dendam. Namun, jika terus-menerus memiliki sifat seperti itu, tentu perang tak akan bisa usai.
"Ya susah, emosi, nafsu, panas, tapi ya itu mereka harus memutuskan. Berani tidak memutuskan itu? Karena dendam kalau diikut-ikuti kan tidak selesai. Sampai kapan? Ya intinya, rasa damai ingin berperang itu kan manusia, ya sudah hentikan saja," jelasnya.
Selain itu, Iwan Fals juga memberi masukan bahwa nafsu, amarah, dan dendam sebetulnya dapat disalurkan ke hal-hal yang lebih positif. Iwan juga mengingatkan bahwa dampak perang sejatinya juga mengintai di dekat Indonesia, yaitu melalui konflik Laut China Selatan.
"Sekarang isu terakhir, kita pun terancam perang di Laut China Selatan, entah karena stres, karena Covid-19 tidak selesai-selesai, sehingga ini mencetuskan, meluapkan, tapi ada juga yang bilang perang sekarang bukan dar der dor, bang, tapi perangnya di cuci otak, di media massa, dan segala macam," tukasnya.