Minggu,  24 November 2024

Harga Tes Corona Beda-Beda, Epidemiolog: Jadi Ladang Bisnis

NS/RN/NET/ROL
Harga Tes Corona Beda-Beda, Epidemiolog: Jadi Ladang Bisnis
Ilustrasi

RN - Lonjakan Corona membuat klinik dan laboratorium meraup untung. Apalagi, tes Covid-19 dengan harga bervariasi alias beda-beda. 

Hal ini tentunya rentan terjadi permainan. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan pemeriksaan Covid-19 yang ditawarkan klinik menimbulkan permainan harga merupakan hal yang sudah diprediksi sejak awal.

"Ini sudah diprediksi sejak awal ketika testing tidak difasilitasi, tidak disediakan akan jadi ladang bisnis. Ini jelas," ujarnya dikutip Republika.co.id, Senin (28/6). 

BERITA TERKAIT :
Artis Tajir, Bisnis Prilly Latuconsina Dari Klub Bola Hingga Toko Roti 
Syarat TOEFL Digugat, Dituding Sebagai Bisnis Terselubung

Dicky melanjutkan, pihak yang diuntungkan denga pemeriksaan tes ini hanya kelompok tertentu saja. Sedangkan masyarakat secara keseluruhan terutama menengah kebawah akan dirugikan. Sebab, dia melanjutkan, ketika berbicara mengenai biaya, kondisi saat ini saja membuat mereka terpuruk secara ekonomi. 

"Kemudian tes-tes yang harus bayar juga menjadi beban tersendiri buat mereka," katanya.

Ia mencontohkan, banyaknya biaya tes ini memicu protes di Madura karena harus bayar dengan jumlah tidak sedikit. Selain itu, dia menambahkan, besarnya biaya pemeriksaan Covid-19 membuat cakupan testing Indonesia tidak akan meningkat. 

"Makanya testing Indonesia terendah diantara negara-negara Asean seperti Thailand, Malaysia, Singapura. Indonesia dibawah 100 per 1.000 penduduk per pekan," ucapnnya.

Dicky melanjutkan, Singapura dengan jumlah penduduknya lebih sedikit dibandingkan Indonesia sudah menembus pemeriksaan 1.000 per 1.000 penduduk. Rendahnya pemeriksaan ini diakui akhirnya mempengaruhi bagaimana respons pengendalian dan status kualitas pengendalian pandemi. 

"Karena testing kan penting. Kalau tidak dirubah, cakupan testing begitu aja," ucapnya.

Dicky juga mengkritik Indonesia yang minim monitoring tes Covid-19. Menurutnya, jangankan yang di masyarakat, tes di bandara yang dekat dengan pemantauan dan keamanan saja bisa dipalsukan dan diadur ulang.  

"Padahal, untuk menjamin keamanan pemeriksaan Covid-19 ya harus ada mekanisme monitoring yang kuat, ketat, dan quality assurance. Buat saya ini jadi PR besar," katanya.