Kamis,  31 July 2025

Jualan Rokok Lagi Anjlok, Bos Djarum Akui Usaha Keluarga Ngeri & Trauma Ambruk 

RN/NS
Jualan Rokok Lagi Anjlok, Bos Djarum Akui Usaha Keluarga Ngeri & Trauma Ambruk 
Victor Rachmat Hartono.

RN - Djarum Group terus berkembang. Bukan hanya jualan rokok, tapi Djarum juga merambah ke mana-mana.

Kini Djarum menjajaki berbagai lini usaha mulai dari ritel, perbankan, hingga properti.

Direktur Utama PT Djarum, Victor Rachmat Hartono, pun berbicara di depan publik terkait bisnisnya. Ia mengatakan semua proses yang dijalani tidak mudah. 

BERITA TERKAIT :
Ariel NOAH Dilarang Promosikan Vape 

Tak sedikit pula orang yang bertanya padanya alasan Djarum Group merambah lini bisnis lain di luar industri rokok. Hal ini tidak lain karena rasa ketidakpercayaan diri atau insecure.

"Begitu ada kesempatan kita masuk ke bisnis-bisnis lain yang tidak ada hubungannya sama industri sebelumnya. Soalnya ketakutan kalau terlalu dekat hubungannya, mati sama-sama," kata Victor, dalam acara Meet The Leaders by Universitas Paramadina di Trinity Tower, Jakarta Selatan, Sabtu (26/7/2025).

Victor mengatakan, pihaknya sengaja untuk merambah ke industri lain demi menjaga kelangsungan bisnis keluarga. Namun ia menekankan langkah ini memerlukan skill multitasking dan keluarga beserta timnya mampu melakukan itu. 

Ia mengaku keluarganya merasa insecure karena pernah mengalami hal buruk.

"Jadi kalau sampai ada yang tanya, kok Djarum ekspansi kanan-kiri-kanan gitu maksudnya karena serakah kah? Kamu nggak ngerti betapa insecure-nya kita? Ini dasarnya karena ada insecure family tau nggak? Yang pernah ngalami industri-nya gone, either gone gara-gara kelapa sawit atau gone gara-gara Jepang. It's just gone. You don't know how insecure we are," ujarnya, diiringi tawa hadirin.

Djarum sendiri merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Djarum Group mulai mengembangkan sayap bisnisnya ke sektor lain. Salah satunya di sektor perbankan lewat kepemilikan 54,94% saham di PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA). Djarum Group juga mengembangkan produk elektronik lewat PT Hartono Istana Teknologi atau Polytron.

Rokok Tanpa Cukai 

Diketahui Djarum Group baru saja masuk ke industri kesehatan dengan memborong 559,185 juta lembar saham Rumah Sakit (RS) Hermina, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Perusahaan juga memborong saham emiten properti PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sebanyak 62,9 juta saham senilai Rp 169 Miliar, hingga kepemilikannya saat ini mencapai 7,36%.

Saat ditanya lebih lanjut Alasan Djarum Group memborong saham kedua emiten tersebut, Victor menjawab bahwa pihaknya melihat kedua industri tersebut memiliki masa depan yang cerah.

"Itu termasuk yang kita lihat masa depannya masih cerah, dan ya kan kenapa ekspansi tadi saya udah jelasin, karena ketakutan. Karena ketakutan bisnis sendiri kapan-kapan bisa hilang. Terus ya kita mesti cari yang kayaknya di masa depan masih cerah," kata dia, ditemui usai acara.

Dia mengungkap bahwa industri rokok ikut terimbas penurunan daya beli masyarakat. Bahkan menurut dia, dalam dua tahun terakhir, penjualan rokok terus merosot.

"Nggak baik, turun. Ya pokoknya di atas 5% ya," ujar Victor pada Sabtu (26/7/2025).

Menurutnya, pelemahan daya beli masyarakat ini bahkan membuat penjualan rokok lebih memprihatinkan dibanding saat pandemi Covid-19. Victor menyebut penjualan saat itu masih lumayan.

"Buat Covid oke lah, so-so lah. Ya sekarang-sekarang ini melemah," lanjutnya.

Victor menyebut sejumlah faktor selain pelemahan ekonomi yang diduga berpengaruh. Salah satunya keberadaan rokok ilegal. Produk rokok ilegal ini paling banyak bersumber dari Jawa Timur.

Kemudian cukai rokok yang terus naik dari tahun ke tahun mengerek harga rokok terus naik. Meski pengaruhnya tidak sebesar faktor lain, kampanye kesehatan anti-tobacco juga berpengaruh.

Terakhir, keberadaan rokok elektrik lebih digandrungi konsumen muda. Victor pun menyebut Djarum sudah mulai tertarik bermain bisnis rokok elektronik meski mungkin tidak dalam waktu dekat.

"Pada saatnya kita tertarik, kita akan masuk (pengembangan produk rokok elektrik). Tapi pasti nggak tahun ini," lanjutnya.

"Begitu ada kesempatan kita masuk ke bisnis-bisnis lain yang tidak ada hubungannya sama industri sebelumnya. Soalnya ketakutan kalau terlalu dekat hubungannya, mati sama-sama," ungkapnya.