RN - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan respon soal pidato Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut 10 tahun ke depan Jakarta bakalan tenggelam.
Anies pun menjabarkan sejumlah solusi yang telah dilakukan agar Ibu Kota tidak hilang ditelan air laut.
"Di Jakarta kami ada dua P yakni People dan Planet. Dua ini selaras di pusat kebijakan. Jadi keadilan sosial dan keadilan ekologis adalah semangat yang terus menjiwai semua kebijakan di Jakarta. Ini yang kami lakukan misalnya dengan membangun transportasi publik yang lebih baik, memprioritaskan pejalan kaki yang ramah lingkungan daripada kendaraan pribadi yang memproduksi gas rumah kaca dannsikusi mengenai diskusi mengenai Jakarta Tenggelam people dan planet adalah prioritas yang kami utamakan," kata Anies dalam webinar bersama Alumni ITB bertajuk'Jakarta Tenggelam', Selasa (10/8/2021) malam.
BERITA TERKAIT :60 Hari Jelang Berakhir Masa Jabatan, Joe Biden Kompori Ukraina Bom Rusia
Relawan Anies Di Kota Bekasi Siap Gembosi Jago PKS, Di Jakarta Kapan Nih?
Sekarang, lanjut Anies, prediksi Jakarta tenggelam bukan hal baru, prediksi Jakarta tenggelam terpoto oleh satelit NASA pada tanggal 12 Mei 2021.
"Ini alarm kita harus meletakan pada prioritas. Jakarta tenggelam tidak hanya dikarenakan naiknya permukaan air laut seperti yang diperbincangkan oleh Joe Biden tapi juga penurunan muka tanah. Ada studi dilakukan menunjukan penurunan tanah terjadi di hampir seluruh wilayah di Jakarta," katanya.
Di Jakarta ini menemukan dua masalah sekaligus. Satu permukaan air laut naik dan permukaan tanah yang turun.
Penelitian dari ilmuwan penginderaan jauh di East China Normal University, Dhritiraj Sengupta ini menunjukkan penurunan muka tanah di pulau artificial itu berlangsung lebih cepat dibandingkan daratan Jakarta asal.
Jakarta Utara itu sekitar puluhan milimeter per tahun di pulau artificial atau reklamasi itu berlangsung lebih dari 80 mm per tahun.
"Ini adalah fakta yang membuat kita makin yakin menghentikan tidak meneruskan reklamasi adalah langkah yang tepat untuk mengurangi dampak naiknya permukaan air laut," terangnya.
Dalam laporan penurunan muka tanah yang disampaikan JICA, ini terjadi perlambatan pernuruanna muka tanah ini ekstraksi kebijakan penggunaan air tanah di Jakarta. Jadi data 2007 memproyeksikan Jakut penurunan muka tanah sangat cepat sampai 22 mm per tahun ternyata berhasil dikurangi 2 mm per tahun lewat stasiun pengurukan lanscape seaden.
Pemprov DKI punya dua hal untuk mengatasi naiknya permukaan air laut dan turunnya permukaan tanah. Untuk itu ada beberapa hal. Pertama, Pemprov DKI selalu menggunakan ilmiah dan kedua, prioritas harus tegas keadilan sosial dan kelestarian.
"Jadi gunakan bukti ilmiah dan prioritas nya sustainability and social justice," tegas mantan Mendikbud itu.
Salah satu yang dilakukan bekerjasama dengan kementerian ESDM dan JICA yaitu membangun sistem informasi Monitoring Air Tanah dan Subsiden (MONAS).
"Jadi ini dilakukan untuk memonitor cekungan air di Jakarta. Lalu sistem informasi ini memberikan data terbaru. Data dari JICA penurunan muka tanah tidak hanya terjadi di pesisir tapinjuga selatan Jakarta. Sehingga penyelesaian tidak hanya mengandalkan pada pembangunan tanggul, itu bukan satu-satunya jurus ampuh. Kita juga harus menggunakan jurus kedua mengurangi penyedotan air tanah yang memberikan dampak pada pelambatan Subsiden di Tanggul nya ada itu bukan peluru utama kita harus pastikan penyedotan air berkurang. Usaha ini didorong dengan memperbaiki ekstraksi air tanah yang masif ini mengganti dengan pemipaan oleh PAM Jaya," jelasnya.
Karena itu di Jakarta kita mengurangi pemakaian air tanah dengan bangun kios air untuk membangun akses kepada warga agar bisae dapat air bersih. Pemprov DKI juga melakukan penindakan pada gedung-gedung yang menyedot air tanah secara sembarangan.
"Saya sampaikan di sini kita biasanya menerjunkan Satpol PP kepada pedagang kecil tapi Gedung pencakar langit menyedot pada kedalaman ekstrim yang menyebabkan landscape Subsiden mereka dengan mudah terlewat begitu saja. Kami inspeksi seluruh gedung di jalan Sudirman Thamrin seluruh gedung diperiksa saya lupa angka persisnya tapi kurang dari 5 yang menaati aturan tentang air. Sekarang yang raksasa berhadapan dengan aturan hukum. Melanggar aturan hukum ada dua karena kebutuhan dan karena keserakahan dan penyedotan air di gedung tinggi karena keserakahan. Untuk itulah kami secara serius mengikhtiarkan penegakan hukum dan kedua betul disiapkan pasokan air sehingga bisa membeli. Kita menambah jumlah air tanah dengan menambahkan sumur resapan gunanya selain menampung air hujan juga memastikan bahwa kita ubah tempat ini menjadi penampungan air yang dapat meresap ke dalam tanah," urai Anies.
Poin terakhir, dalam jurnal Hiroshi Takagi dari Tokyo insitut dan teknologi Jakarta harus serius dalam solusi penurunan muka tanah, tanggul pantai yang saat ini kerjakan itu tidak bisa hanya dari satu sisi, tapi dua-duanya harus dilakukan.
"Kalau kita perhatikan, dampak dari tanggul yang punya tinggi 1 atau 3 meter tidak memiliki efek yang terlalu jauh. Di sisi lain, kita harus mengawal Langkah yang dilakukan dari 2007-2021 kita harus jaga pengurangan pengambilan air tanah, memastikan bahwa lanscape Subsiden juga terkendali. Kami juga berharap untuk bisa mendapatkan ide baru selama ide ini sejalan dengan visi kita menomorsatukan people dan planet kemudian berikan pendekatan ilmiah dan prioritas kan kelestarian dan keadilan. Dan saya percaya sain dinamis dan tidak dogmatik. Kalau ada yang secara ilmiah kebijakan Jakarta harus ada yang diperbaiki yuk kita perbaiki sama-sama. Yang penting Prioritas tadi tidak kelewat. People, planet, keadilan dan kelestarian. Kami berharap masukan mudah-mudahan menjadi bahan dari kita semua. Terimakasih kepada alumni ITB," kata Anies.