RN - Kopi kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Pada 1 Oktober kemarin, merupakan peringatan Hari Kopi Sedunia atau International Coffee Day. Namun tahukan Anda, di balik kenikmatan secangkir kopi, ada sebuah perjalanan panjang yang layak kita ketahui.
Apalagi Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbaik dunia. Lalu bagaimana sejarah serta awal mulanya kopi hadir di Indonesia?
Asal mula masuknya kopi di Indonesia telah melewati perjalanan panjang dan beberapa fase hingga akhirnya tersebar di penjuru Nusantara.
BERITA TERKAIT :Di Indonesia, besar kemungkinan kata “kopi” diadaptasi dari istilah Arab melalui bahasa Belanda “koffie”.
Dugaan yang logis karena Belanda yang pertama kali membuka perkebunan kopi di Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan kata tersebut diadaptasi langsung dari bahasa Arab atau Turki.
Mengingat banyak pihak di Indonesia yang memiliki hubungan dengan bangsa Arab sebelum orang-orang Eropa datang.
Sejarah kopi di Indonesia tidak lepas dari masuknya Belanda di Indonesia. Pada tahun 1696, kala itu Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Pulau Jawa.
Mereka membudidayakan tanaman kopi itu di Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun, upaya ini gagal kerena tanaman tersebut rusak oleh bencana.
Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam.
Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia.
Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Pada tahun 1878 terjadi tragedi yang memilukan. Hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix (HV).
Kala itu, semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis Arabika. Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea Liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun.
Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran rendah.
Di pasar Eropa kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman kopi liberika juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun.
Kemudian pada 1907 Belanda mendatangkan jenis lain yakni kopi robusta (Coffea Canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan.
Pasca kemerdekaan Indonesia 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia dinasionalisasi. Sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia.
Sejak kemerdekaan hingga saat ini kopi menjadi sangat populer di Indonesia. Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi hasil produksi.
Adapun beberapa kopi jenis Arabica di Indonesia yang populer di antaranya kopi Gayo (Aceh), Mandaling (Sumut), Kintamani (Bali), Mangkuraja (Bengkulu), Jawa dan Kalosi (Toraja).
Selain kopi Arabica tersebut, Indonesia juga memiliki ada 1 jenis kopi yang sangat spesifik dan tergolong mahal, yaitu kopi luwak.