Kamis,  28 November 2024

Sentil BIN, Fahri : Informasi Penting Cuma Boleh Diumbar ke Presiden

Dedi Hidayat
Sentil BIN, Fahri : Informasi Penting Cuma Boleh Diumbar ke Presiden
Fahri Hamzah - Net

RADAR NONSTOP - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah kecewa dengan pihak Badan Intelijen Negara (BIN) yang memberikan informasi kepada publik, terkait banyaknya tempat ibadah dan penceramah radikal.

Menurut Fahri, BIN seharusnya memberikan informasi yang diperolehnya kepada Presiden dan tidak boleh mengumbar kepada publik. “BIN itu kan single user, yang hanya bisa memberikan informasi kepada presiden, bukan mengumbarnya ke publik,” kata Fahri di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (22/11/2018).

Selain dibisikan ke telinga presiden. Bilapun informasi penting, Fahri menyarankan agar pihak lain yang melakukannya. Misalnya Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), bila itu terkait dengan organisasi atau lain-lain. “Sebab, begini itu membuat reputasi BIN sebagai lembaga intelijen turun. Jadi, BIN harus dijaga sebagai indra negara melalui presiden dalam rangka menjaga dan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,” tandas Fahri.

BERITA TERKAIT :
Wakil Ketua DPRD Ungkap Kota Bekasi Darurat Kekurangan Guru
Ketua Komisi IV: Kategori Kota Bekasi Jadi Kota Layak Anak Jangan Hanya Di Atas Kertas

Sebelumnya, juru bicara Kepala BIN, Wawan Hari Purwanto mengungkapkan adanya 50-an penceramah yang menyebarkan paham radikal di 41 masjid. Bahkan pihaknya sudah melakukan pendekatan dengan berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI), terhadap para penceramah tersebut.

Menurut Wawan ada tiga kategori radikal, yakni rendah, sedang, dan tinggi. “Kalau yang rendah ya masih dalam kategori yang masih ditolerir nilainya. Kalau sedang sudah mulai mengarah ke kuning, kuning itu perlu disikapi lebih. Tapi yang merah artinya sudah parahlah, ini perlu lebih tajam lagi untuk bagaimana menetralisir keadaan,” ujarnya.

Dia menerangkan kategori tinggi atau merah itu sudah mendorong ke arah gerakan yang lebih seperti simpati ke ISIS dan Marawi, serta membawa aroma konflik di Timur Tengah ke sini (Indonesia).

“Jadi mereka yang masuk kategori ‘Merah’ mengutip ayat-ayat perang, misalnya, sehingga menimbulkan pengaruh ke emosi, sikap, tingkah laku, opini, dan motivasi publik,” paparnya.

Pernyataan BIN ke publik terkait adanya temuan 41 masjid terindikasi radikal, lalu dikoreksi menjadi 50 penceramah merupakan hal yang tidak pantas. Sebab ini bisa menurunkan derajatnya sebagai lembaga telik sandi negara.

#Bin   #DPR   #Presiden