RN- Siang ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan melantik Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI serta melantik Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman menjadi KSAD.
Informasi terkait pelantikan ini sebelumnya disampaikan langsung oleh Jokowi setelah meresmikan Jalan Tol Serang-Panimbang seksi I ruas Serang-Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Selasa (16/11/2021).
"Pelantikan Panglima insyaallah besok, hari Rabu," kata Jokowi.
BERITA TERKAIT :Megawati Muncul Usai Jokowi Turun Di Jateng & Jakarta, Tuding Aparat Gak Netral
Jokowi Getol Endorse RIDO, Dendam Ke PDIP Atau...?
Menanggapai hal ini Komunikolog Politik Nasional Tamil Selvan mengatakan bahwa setelah menjabat sebagai Panglima TNI secara politik Jenderal Andika sangat berpeluang disiapkan menjadi Calon Wakil Presiden di tahun 2024. Hal ini diungkapnya mengacu pada masa jabatan Andika yang hanya 400 hari dan diyakininya tidak akan diperpanjang.
"Secara simbol politik masa jabatan 400 hari itu final, berikutnya posisi Cawapres menanti. Hal ini tentu menjadi harapan baru bagi masyarakat yang sudah muak disajikan iklan politik kosong para capres yang berasal dari parpol," ungkap Ketua Forum Politik Indonesia ini kepada awak media, Rabu (17/11).
Aktivis yang akrab disapa Kang Tamil ini mengatakan bahwa posisi Andika sebagai calon wakil presiden akan sangat kuat menarik simpati publik, dan secara aura politik akan sangat baik ketika disandingkan dengan Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden nya.
"Secara aura, daya tarik Andika sangat kuat, namun belum mampu ke level capres. Yang mampu mengimbangi dan memperkuat aura Andika adalah Prabowo sebagai capresnya. Ini akan menjadi pasangan sempurna tanpa lawan dan sangat diterima masyarakat di 2024," jelasnya.
Ketika ditanya partai mana yang berpotensi mengusung Andika jika masuk dalam perhelatan pemilihan presiden di 2024, Kang Tamil secara lugas mengatakan bahwa PDIP sangat memungkinkan menjadi partai pengusung.
"Untuk membulatkan suara politik akar rumput maka PDIP yang paling berpotensi mendukung Andika, karena jika Puan atau Ganjar maka suara PDIP akan pecah, dan potensi kemenangan masih jauh. Hal Ini juga sebagai pola membayar hutang sejarah masa lalu bahwa PDIP akan bersanding dengan Gerindra sebagai Cawapres, dan yang penting potensi menang tinggi," terangnya.