RN - Garuda Indonesia di ujung tandu. Perusahaan plat merah itu menolak untuk bangkrut.
Seperti diberitakan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa saat ini keuangan Garuda berada di level yang sangat buruk.
Dia menjelaskan utang Garuda Indonesia totalnya mencapai US$ 9,75 miliar atau setara Rp 138,45 triliun (kurs Rp 14.200).
BERITA TERKAIT :Ole Romeny Lagi Dirayu Untuk Libas Jepang
Sanksi FIFA Untuk Timnas Indonesia, Warganet Sebut Ngaco Dan Gak Jelas
"Utang (Garuda) itu yang tercatat US$ 7 miliar plus utang daripada lessor yang tidak terbayar US$ 2 miliar lagi. Jadi totalnya US$ 9 miliar," ungkap Kartika dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, pertengahan November lalu.
Menurutnya aset Garuda Indonesia saat ini hanya US$ 6,92 miliar. Jauh lebih rendah dibandingkan total kewajibannya itu.
Kondisi Garuda Indonesia semakin memprihatinkan. Sebab Ekuitas atau modal Garuda tercatat minus US$ 2,8 miliar atau setara Rp 39,7 miliar.
Sementara Direktur Utama Irfan Setiaputra mengatakan pihaknya akan berjuang untuk mempertahankan perusahaan dalam persidangan PKPU.
Dia bilang saat ini perusahaan akan berjuang dengan proposal penyelesaian utang dengan para kreditur dalam PKPU. Dia berharap kreditur menyetujui proposal penyelesaian utang yang ditawarkan oleh pihaknya.
"Kita akan fight. Semua kan nanti voting di PKPU, semua kreditur yang daftar di proses penyampaian proposal setuju apa nggak setuju. Kalau mayoritas setuju kita nggak akan pailit, kalau banyak yang nggak setuju ya kita pailit," ujar Irfan ditemui di Kantor Transmedia, Kamis (23/12/2021).
Irfan pun menyatakan tidak ada sama sekali niatan dari pemegang saham termasuk pemerintah untuk mempailitkan Garuda.
"Tidak ada niatan sama sekali dari pemegang saham untuk mempailitkan perusahaan ini, tidak ada sama sekali," ungkap Irfan.
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan kemungkinan akan ada investor baru yang masuk ke dalam Garuda. Namun semuanya masih dalam pembicaraan, belum ada keputusan yang diambil soal masuknya investor baru.
"Akan selalu ada investor baru yang berminat kalau sudah begini. Tapi semua masih dalam pembicaraan," ujar Irfan.
Irfan menjelaskan masalah investor baru akan ditentukan di tingkat pemegang saham. Menurutnya, manajemen tidak banyak ikut campur dalam keputusan soal investor baru.
"Kalau pun ada yang mau masuk tergantung pemegang saham sekarang mau nerima apa nggak? Itu diskusi di tatanan pemegang saham kami nggak ikut manajemen penentuannya," ungkap Irfan.