RN - Warga Tangerang Selatan (Tangsel) harus waspada. Sebab, bukan hanya omicron tapi ada juga demam berdarah dengue (DBD).
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat lebih dari 100 kasus DBD pada Januari 2022. Angka kasus DBD di wilayah tersebut diprediksi masih tinggi hingga Maret 2022.
“Pada 2022 memang ada peningkatan, untuk Januari saja kita sudah ada 124 kasus. Ini sesuai prediksi ataupun perkiraan, kita kan sudah buat grafik rata-rata dalam 5 tahun terakhir, kasus DBD itu tinggi ada di bulan Desember, Januari, Februari, dan Maret,” tutur Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tangsel Adhy Purnawan.
BERITA TERKAIT :DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
2.229 Kasus DBD Di Jaktim, Wali Kota M Anwar Diminta Fokus
Angka kasus DBD pada Januari 2022 tersebut tercatat jauh lebih tinggi dibandingkan angka Januari 2021 yang tercatat 35 kasus serta Januari 2020 sebanyak 83 kasus. Dominan kasus DBD yang terjadi pada Januari 2022, kata Adhy terjadi di Kecamatan Pondok Aren.
“Paling banyak di Kecamatan Pondok Aren yang Januari 2022. 124 (kasus DBD) itu dirawat di rumah sakit dan puskesmas,” ujarnya.
Sementara untuk data Februari 2022, Adhy menyebut pihaknya masih melakukan perhitungan dan pemantauan.
Tingginya angka kasus DBD di Tangsel disebut terjadi seiring bergulirnya musim penghujan yang menjadi momen munculnya jentik-jentik nyamuk. Adhy mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti lonjakan kasus DBD dengan menggelar rapat upaya pengendalian DBD dengan kepala puskesmas serta camat dan lurah se-Tangsel pada pekan ini.
“Kita masih punya PR sampai bulan Maret musim penghujan. Kita mengingatkan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), 3M (menguras, menutup, mengubur) plus, kemudian sama pemantapan jentik berkala,” kata dia.
Lebih lanjut, Adhy mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan DBD. Salah satunya yang paling ditekankan adalah terkait dengan pentingnya ‘satu rumah satu jumantik’.
“Sebenarnya bukan hanya kader jumantik, yang juga penting menggerakkan satu rumah satu jumantik, artinya setiap rumah itu bertanggung jawab untuk rumahnya sendiri dan melaporkan adanya jentik,” ujarnya. Selanjutnya, kegiatan fogging bisa dilakukan untuk menurunkan populasi nyamuk.