RN - Sekitar 7.200 jiwa warga Tangerang Tangsel (Tangsel) sulit membuang air besar alias BAB. Hal ini disebabkan karena tidak memiliki septic tank.
"Kami harus menumpang atau cari toilet umum kalau mau BAB," keluh Udin warga Tangsel, Minggu (27/3).
Diketahui, ada sekitar 1.800 kepala keluarga (KK) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tidak memiliki septic tank. Pemerintah Kota Tangsel menargetkan pembangunan septic tank akan dianggarkan pada tahun depan.
BERITA TERKAIT :DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
Modus Baru Hipnotis Di Serpong Tangsel, ATM Ditukar Lalu Dikuras, Duit Belanja Emak-Emak Ludes
"Jadi memang cukup banyak ya 1.800 KK, sekitar 7.200 jiwa (diperkirakan satu keluarga meliputi empat anggota) warga, memang kecil secara persentase dari jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa, tapi bagaimanapun tanggung jawab kita," ujar Kepala Bidang Bangunan DBPR Kota Tangsel, Mochamad Hardi saat dihubungi, Ahad (27/3/2022).
Angka itu berdasarkan informasi Dinas Bangunan dan Penataan Ruang (DBPR) Tangsel tahun 2021. Menurut Hardi, angka tersebut kemungkinan sudah mengalami penurunan saat ini.
Selain warga secara sadar membangun sendiri WC dan septic tank, juga ada bantuan dari sejumlah perusahaan lewat corporate social responsibility (CSR).
Meski demikian, angkanya terbilang masih sangat banyak di tengah perkembangan zaman yang semakin modern saat ini. Terlebih diketahui banyak warga yang menggunakan jamban helikopter di kali yang diketahui merupakan perilaku buang air besar sembarangan (BABS).
Melihat kondisi itu, Hardi mengatakan, pihaknya akan menggelontorkan anggaran untuk pembangunan septic tank pada tahun ini dan diharapkan dapat direalisasikan pada tahun depan secara perlahan hingga semua warga tidak ada lagi yang tidak memiliki septic tank.
"Kita mulai melakukan perencanaannya dulu, mungkin di perubahan anggaran tahun ini kita usulkan, kalau disetujui kita laksanakan kegiatam fisiknya di tahun depan," kata dia.
Lebih lanjut, Hardi menargetkan seluruh warga Tangsel dapat memiliki WC dan septic tank pada 2026. Sehingga hal itu dapat meningkatkan kualitas sanitasi di wilayah penyangga Ibu Kota tersebut.
"Kalau jumlah yang ada, dari data yang ada (1.800 KK), ya akhir masa RPJMD (rencana pembangunan jangka menengah daerah), diharapkan di Tangsel terealisasi sampai 100 persen pada 2026," tuturnya.
Diketahui, Pemkot Tangsel mencatat masih ada ribuan jiwa yang tersebat di tujuh kecamatan di Tangsel yang menggunakan jamban helikopter sebagai sarana untuk buang air besar. Sebanyak 25 persen atau sekitar 420 KK di antaranya terdapat di Kecamatan Setu.
Dikutip Republika.co.id di kawasan Setu, meski terbilang sangat banyak, warga menyebut saat ini jamban di kawasan tersebut sudah semakin terkikis jumlahnya. Salah satu wilayah di Setu yang masih terdapat jamban yakni RT 02 RW 03, Kampung Cirompang, Kademangan, Setu.
Salah satu warga sekitar, Haerudin (58 tahun) mengatakan, memang masih ada jamban helikopter di wilayah tersebut. Tempat buang air besar itu disebut sudah ada sejak sekitar tahun 1990-an. Hingga saat ini masih ada sejumlah warga yang menggunakannya.
"Tahun 1993 dulu ada empat jamban karena belum pada punya sanitasi. Seiring perkembangan zaman terkikis hingga tersisa satu," kata Haerudin di kawasan Setu, beberapa waktu lalu.
Semakin berkurangnya jamban helikopter, menurutnya karena warga berangsur memiliki tempat sanitasi yang lebih layak, yakni toilet di rumah. Sehingga saat ini hanya segelintir warga yang menggunakan jamban tersebut.
Hal lain yang berkaitan dengan masalah sanitasi diungkapkan oleh warga lainnya, Nuah (38). Menurut penuturannya, dulu dirinya memang kerapkali menggunakan jamban helikopter, namun sejak sekitar tahun 2009 sudah menggunakan toilet di dalam rumah. Hanya saja dirinya mengaku masih memiliki persoalan terkait sanitasi, yakni tidak memiliki septic tank.
"Dulu pakai (jamban helikopter) karena enggak punya WC. Sekarang sudah buang air di WC rumah, tapi enggak punya septic tank, jadi buang kotorannya ke empang," kata dia.
Lokasi pembuangan kotoran hasil BAB tersebut diketahui di empang yang menjadi lokasi adanya jamban helikopter tersebut. Menurut penuturan Nuah, bukan dirinya saja yang melakukan pembuangan ke empang tersebut, tapi beberapa KK yang ada di sekitar lokasi.
Nuah mengaku ingin membuat septic tank di rumahnya, namun belum ada biaya. Dia berujar sempat pihak pemerintah setempat melakukan pendataan mengenai jumlah warga yang belum memiliki septic tank, namun belum ada tindak lanjutnya hingga sekarang.
"Mau bikin septic tank kalau empangnya diurug. Ya sebenarnya kalau ada yang gerakin misalnya gratis dari pemerintah, ya mau banget, sekarang langsung saja dibongkar dibikin septic tank," kata dia.