Kamis,  25 April 2024

Peraih Beasiswa RANA 2022 Sinergikan Subak Bali dengan Teknologi Disruptif

Tori
 Peraih Beasiswa RANA 2022 Sinergikan Subak Bali dengan Teknologi Disruptif
Ilustrasi sistem irigasi subak di Bali/Kintamani

RN - International Selection Committee (ISC)  mengumumkan Dewa Ayu Wiwik Dharmiasih sebagai peraih beasiswa Ph.D. di University of Hawai’i dan East-West Center (EWC) pada September tahun ini.  

ISC merupakan bagian dari program apresiasi global R-Adhikarya ‘Niche’ Award (RANA) bersama East-West Center, salah satu pusat edukasi terkemuka di Hawai’i, Amerika Serikat,

Sejak 2020, beasiswa tahunan RANA telah memfasilitasi para peraih beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di salah satu dari tiga institusi kelas dunia di Amerika Serikat, yakni East-West Center (EWC) dengan total dana beasiswa maksimal US$ 103,000, Stanford University (total dana minimal US$ 12,500), dan Cornell University (total dana minimal US$ 10,000). 

BERITA TERKAIT :

Tahun ini (2022) Dharmiasih memperoleh beasiswa EWC/RANA sebesar US$ 56,000 (setara dengan Rp814,1 juta). 

Dharmiasih memperoleh gelar master dari Jawaharlal Nehru University, New Delhi, India dan kini aktif sebagai dosen di Universitas Udayana, Bali. Ia merupakan aktivis lingkungan yang fokus mengembangkan dan melestarikan Subak (sistem pengairan tradisional Bali), sebuah lanskap budaya dan warisan dari abad ke-9. 

Sejak tahun 2012, Subak sudah terdaftar menjadi salah satu situs warisan budaya UNESCO. 

Beasiswa ini dapat membantu Dharmiasih menggapai impiannya dalam meningkatkan pengetahuan di bidang kebijakan dan strategi. 
Dengan gelar Ph.D. yang akan diraih nantinya, ia berharap dapat mendorong keadilan lingkungan dengan mendukung institusi budaya lokal dan tradisi yang ada untuk manajemen alam yang lebih baik. 

Lebih jauh, Dharmiasih akan memanfaatkan teknologi canggih dalam proses pembuatan regulasi, seperti mengeksplorasi teknologi disruptif yang dapat mengorientasikan ulang hubungan kekuasaan supaya bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan lokal. 

Ia akan meninjau berbagai teknologi canggih, seperti participatory mapping (dengan drone, GIS story-maps atau sistem informasi geografisdan video, serta aplikasi sosial media yang inovatif. Tujuannya membantu komunitas lokal mengelola dan melestarikan alam, khususnya sistem Subak di Bali yang ramah lingkungan. 

“Program studi Dharmiasih di EWC kami rasa sangat inovatif dan mampu menjadi pelopor, di mana ia ingin menjadi “penghubung” dalam mensinergikan budaya yang sangat bersejarah dan kebijakan lokal dengan kemajuan teknologi,” ujar Dr. Ronny Adhikarya selaku inisiator program beasiswa RANA.

Menurut dia, Dharmiasih sendiri merupakan sosok inspiratif dengan visi yang inovatif dan unik. “Saya juga mengapresiasi kontribusi dan rencana Dharmiasih dalam membudidayakan desa-desa Subak Bali, mengingat saya juga terlibat sebagai Project Manager yang mendukung pendanaan dan teknik dari aktivitas pelestarian tersebut melalui proyek Food and Agriculture Organization (FAO), PBB," ungkapnya. 

Tepatnya, dalam proses awal dan persiapan yang dimulai pada pertengahan 1990-an, ia  bekerja sama dengan Dr. Alit Artha Wiguna yang menjadi ketua Pengelola Cagara Budaya Bali dan antropolog kelas dunia, Prof. Stephen Lansing.