RN - Kompetisi terselubung antar tokoh bangsa yang ingin tampil dalam kontestasi pemilihan presiden 2024 kian meruncing. Satu diantaranya adalah polemik antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani yang disebut-sebut sebagai calon presiden dari PDIP.
Suasana politik PDIP pun memanas, setelah framing politik memposisikan seolah Presiden Jokowi akan memberikan dukunganya kepada Ganjar Pranowo, setelah pidato Jokowi pada acara Projo yang lalu.
Urusan politik ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa, meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini," kata Jokowi saat membuka rapat kerja nasional (Rakernas) V kelompok relawan Projo, Sabtu (21/5)
BERITA TERKAIT :Wakil Ketua DPRD Kab Bekasi Dibui, Kader PDIP: Kita Pesta Bung Leman Diborgol
Leman Selalu Lolos, Pernah Diperiksa KPK Kasus Suap Meikarta, Kini Diborgol Kejari Kabupaten Bekasi
Intrik ini pun meluas, seolah ada polemik yang terjadi antara Jokowi dan Megawati dalam mendukung Capres dari PDIP.
Komunikolog Politik Nasional Tamil Selvan mengatakan bahwa polemik yang terjadi ditubuh PDIP adalah bagian dari strategi politik agar perhatian masyarakat selalu tertuju kepada Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, dan meningkatkan kemampuan magnet politik mereka.
"Saya menyebut ini adalah lenong politik nya PDIP, tapi perlu kita akui ini adalah cara cerdas. Sadar atau tidak semua pihak akan membahas Gajar dan Puan dalam setiap kajian politik mereka, jadi kasih aja panggung," ungkap Ketua Forum Politik Indonesia ini, Kamis (9/6).
Kang Tamil, panggilan akrabnya mengatakan bahwa pada akhirnya PDIP akan mengambil langkah bijak dengan memposisikan Ganjar Pranowo sebagai kandidat di Pilpres dan Puan Maharani sebagai Ketua Umum partai. Namun 'lenong' ini perlu terus dinaikkan untuk meningkatkan elektabilitas Ganjar hingga titik aman.
"Pada akhirnya Ganjar yang jadi capres atau cawapres nya PDIP, dan Puan akan menduduki kursi Ketua Umum. Karena bagaimanapun PDIP tetap harus dipimpin oleh trah Soekarno untuk menjaga soliditas akar rumput," pandangannya.