Minggu,  24 November 2024

Menang Dari Grace, Susi Sadar Diri Tak Punya Partai  

NS/RN
Menang Dari Grace, Susi Sadar Diri Tak Punya Partai  

RN - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti nampaknya tau diri. Dia menilai dukungan Kopi Susi bukanlah gerakan politik, melainkan hanya dukungan moral semata. 

Dia menyebut tak ada ruang baginya untuk maju ke Pilpres 2024.

"Untuk saya melihat ini bukan political movement. Karena kalau kita mau political movement, kita nggak ada ruang. Kalau dibilang mereka ini kan partai di dunia maya. Kalau di Pangandaran kita punya partai ikan," papar Susi di Griya Ardhya Garini, Jakarta, Minggu (3/7/2022).

BERITA TERKAIT :
Tom Lembong Curhat, Jalankan Perintah Jokowi Soal Impor Gula Tapi Berakhir Bui
Tom Lembong Seret Mantan Mendag, Kejagung Sepertinya Masuk Angin?

Pengusungan lewat partai politik, kata dia, ada ketentuan dan tata caranya. "2024 ini maksud calon kan capres-cawapres. Indonesia kan sudah terbentuk sistem. Sudah terbentuk aturan undang-undang dan cara. Semua tertulis, undang-undang ada juknisnya, ada pelaksanaan, semua ada lembaganya, sudah tertata," ungkap Susi.

Susi menyebutkan dia belum memenuhi ketentuan yang berlaku untuk diusung menjadi calon presiden. Pertama, Susi belum memiliki partai pengusung.

"There is no room untuk orang seperti saya, kalau orang politik bilang free riders, untuk masuk ke dalam sistem ini untuk menjadi salah satu calon. Kan tidak mungkin. Harus yang dicalonkan oleh partai. Yang kedua partainya pun harus punya 20 persen suara. Berarti kalau dia 1 tidak kuat, harus koalisi," ujarnya.

Susi menambahkan, dirinya mesti realistis. Pencalonan presiden bukan hanya perlu memiliki pendukung di dunia maya, tapi juga memerlukan partai pengusung

"Ya kita harus rasional dong, harus realistis, Kan tidak mungkin partai dunia maya, tidak punya threshold. Tidak punya apa-apa dalam dunia nyata. Mau nyalonin presiden, ya, tidak mungkin," imbuh Susi.

Sebelumnya, perwakilan dari komunitas tersebut, Amri, membacakan deklarasi dukungan di depan eks Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia itu. Amri menilai kehadiran Susi Pudjiastuti diperlukan untuk menangkal polarisasi politik.

"Kami bertekad mengawal dan menerapkan moral movement yang telah disampaikan Ibu Susi dalam bentuk nyata, yaitu jangan ada lagi polarisasi, katakan tidak pada korupsi, tenggelamkan oligarki, Indonesia untuk Indonesia," kata Amri dalam sambutannya di Griya Ardhya Garini, Jakarta, Minggu (3/7/2022).

Dia kemudian mendeklarasikan Susi Pudjiastuti sebagai salah satu pemimpin di masa mendatang. Menurutnya, acara hari ini adalah langkah konkret yang bisa diberikan oleh relawan.

"Dengan ini mendeklarasikan komunitas Kopi Susi ini sebagai langkah konkret kami dalam mengenalkan sosok Ibu Susi sebagai salah satu alternatif calon pemimpin di masa depan," kata dia.

Ketua Panitia Kopi Susi, Virawati, menyebut langkah tersebut didasarkan pada penilaian relawan. Mereka memandang Susi Pudjiastuti sebagai tokoh yang tegas yang tidak suka dengan polarisasi di politik.

"Kita lihat Ibu Susi sosok yang ideal, tegas, satu dengan moral movement yang disampaikan ke kita mulai dari jangan sebarkan kebencian. Oligarki dia nggak suka, polarisasi dia nggak demen. Kotak-kotak dalam dunia politik," imbuh Vira.

Menang Dari Grace 

Susi juga digadang-gadang menjadi capres. Walau surveinya kecil tapi Susi mampi mengalahkan Grace Natalie.

Jika dibandingkan dengan politisi PSI, Grace Natalie nama Susi lebih unggul. Susi digadang jadi capres oleh Relawan Komunitas Pendukung Ibu Susi (Kopi Susi).  

Kopi Susi menggelar deklarasi dukungan agar Susi maju sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024. 

Nama Susi pada dasarnya jarang muncul di survei-survei nasional soal elektabilitas calon presiden di Pilpres 2024. Namanya hanya beberapa kali muncul di survei. Persentasenya pun tak mencapai 1 persen.

Salah satu survei yang memunculkan nama Susi adalah Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Dalam hasil survei SMRC, Susi hanya mampu meraih 0,2 persen.

Ganjar Pranowo 22,5%
Prabowo Subianto 17,5%
Anies Baswedan 13,2%
Sandiaga Uno 2,6%
Ridwan Kamil 2,2%
Muhaimin Iskandar 1,9%
Agus Harimurti Yudhoyono 1,8%
Basuki T Purama 1,7%
Erick Thohir 1,1%
Khofifah Indar Parawansa 1,0%
Airlangga Hartarto 1,0%
Hary Tanoesoedibjo 0,9%
Megawati Soekarnoputri 0,8%
Gatot Nurmantyo 0,7%
Mahfud Md 0,6%
Maruf Amin 0,5%
Habib Rizieq Shihab 0,5%
Tri Rismaharini 0,4%
Puan Maharani 0,3%
Ahmad Ridha Sabana 0,3%
Sri Mulyani 0,3%
Surya Paloh 0,2%
Susi Pudjiastuti 0,2%
Moeldoko 0,2%
Luhut B Pandjaitan 0,1%
Oesman Sapta Odang 0,1%
Bambang Soesatyo 0,1%
Tito Karnavian 0,1%
Diaz Faisal Malik Hendropriyono 0,1%
Yusril Ihza Mahendra 0,1%
Nurdin Abdullah 0,0%
Zulkifli Hasan 0,0%
Suharso Monoarfa 0,0%
Mohamad Sohibul Iman 0,0%
Hutomo Mandala Putra 0,0%
Grace Natalie 0,0%
Giring Ganesha 0,0%
Emil Dardak 0,0%
Budi Gunawan 0,0%
Bima Arya 0,0%
Andika Perkasa 0,0%
Lainnya 2,3%
TT/TJ 25,2%

Survei lain yang memunculkan nama Susi yakni Indonesia Political Opinion (IPO). Dalam survei ini, Susi lagi-lagi hanya meraih persentase nol koma.

Survei tersebut dilaksanakan pada 23-28 Mei 2022 dengan teknik wawancara penelitian hybrid secara tatap muka sebanyak 480 responden dan sambungan telepon sebanyak 720 responden, sehingga total ada 1.200 responden.

Metode ini memiliki pengukuran kesalahan (margin of error) 2,90 persen, dengan tingkat akurasi data 95 persen. Setting pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling (MRS) atau pengambilan sampel bertingkat. Survei ini berhasil mengambil representasi sampel yang tersebar proporsional dalam skala nasional.

Top of mind

1. Prabowo 10,4%
2. Anies Baswedan 10,1%
3. Ganjar Pranowo 7,6%
4. AHY 2,9%
5. Sandiaga Uno 1,9%
6. Dedi Mulyadi 1,2%
7. Susi Pudjiastuti 0,9%
8. Tri Rismaharini 0,7%
9. Puan Maharani 0,7%
10. Ridwan Kamil 0,4%
11. Abdul Shomad 0,1%
12. Sri Mulyani 0,1%
13. Airlangga Hartarto 0,1%
14. Hary Tanoesoedibjo 0,1%
15. Khofifah Indar Parawansa 0,1%
16. Luhut Pandjaitan 0,1%
17. Muhaimin Iskandar 0,1%
18. Rizieq Shihab 0,1%
19. Surya Paloh 0,1%
Tidak tahu/rahasia 39,8%