Senin,  29 April 2024

Kapolri RDP Di DPR

DPR Bongkar Gaya Hidup Hedon Polisi, Kapolres & Kapolsek Sedot Cerutu Dibeber

RN/NS
DPR Bongkar Gaya Hidup Hedon Polisi, Kapolres & Kapolsek Sedot Cerutu Dibeber
Rapat dengar pendapat Komisi III DPR dan Kapolri.

RN - Gaya para pejabat Polri diungkap. Pola hidup mewah itu dibeber para anggota DPR Komisi III saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Rabu (24/8).

DPR menuding saat ini banyak gaya hidup mewah atau hedon diperlihatkan oleh para pejabat Polri di tingkat Polres dan Polsek. Bahkan, ada kapolres dan kapolsek yang hobi minum wine serta menghisap cerutu.

RDP digelar terkait kasus tewasnya Brigadir J dan melibatkan Irjen Ferdy Sambo. Wakil Ketua Komisi III DPR RI Adies Kadir menyentil gaya hidup polisi di level direktur dan kapolres yang menurutnya seperti raja kecil. Adies menyebut ada kapolres yang sulit dihubungi dan bergaya hidup mewah.

BERITA TERKAIT :
Saling Kunci, Kubu Ganjar Teriak Kapolri, Tim Prabowo Seret Nama Kepala BIN
Ada Kesan Polri Tidak Netral, Nama Jokowi & PSI Keseret-Seret

"Kalau kita lihat di bawah, tingkat dir, kapolres, sudah seperti raja raja kecil di daerah. Kadang-kadang kita anggota Komisi III telepon saja tak diangkat, WA tak dibalas. Perilakunya sudah luar biasa, seperti raja di daerah," ujar Adies dalam rapat bersama Kapolri di Komisi III DPR, Rabu (24/8).

Gaya hidup mewah itu, menurut Adies, mempengaruhi indeks kepercayaan publik terhadap institusi Polri. Dia menyayangkan polisi di tingkat bawah yang bergaya hidup mewah.

"Saya mengenal Pak Kapolri, Pak Sigit, Pak Gatot (Wakapolri), Pak Agus (Kabareskrim), Pak Agung (Irwasum Polri), Pak Dofiri (Kabaintelkam), Pak Anang (Dankorbrimob) sudah lama, setiap saya berkomunikasi, saya WA, saya telepon dan perilaku hidup yang bersangkutan saya lihat sampai saat ini biasa-biasa saja, tidak ada perubahan. Tetap komunikasi kami baik," ujar Adies.

Selain itu, Adies menyoroti gaya hidup kapolres yang mewah. Dia menyebut ada yang suka cerutu hingga wine.

"Kemudian kita juga lihat gaya hidup mereka, sudah mulai pakai cerutu, pasti ada cerutu, sudah mulai pake wine, mobilnya juga sudah mewah-mewah. Kalau kita lihat juga perilaku istri-istrinya, itu pakai tas Hermes, itu sudah gonta-ganti. Jadi luar biasa," paparnya.

Adies tak melarang polisi memiliki mobil atau benda-benda mewah lainnya. Hanya, dia mengingatkan agar hal itu tidak diunggah ke media sosial.

"Janganlah diperlihatkan sehingga membuat masyarakat itu nyinyir, membuat masyarakat melihat, 'Oh ternyata Polri'," katanya.

Anggota Komisi III DPR Fraksi PDIP Johan Budi juga menyoroti gaya hidup hedon pejabat polisi di polres hingga polsek. Johan Budi bahkan mengungkap ada istri kapolres yang pamer sepeda seharga Rp 300 juta.

"Ini yang menjadi keprihatinan saya, Pak Listyo Sigit. Saya beberapa kali ke dapil, Pak, tadi sempat juga diungkap oleh Pak Adies dan oleh beberapa rekan. Sekarang saya lihat polisi-polisi yang di bawah ini, Pak, kapolres, kaposlek, mulai menikmati hidup hedon, Pak," kata Johan Budi saat rapt di gedung MPR/DPR, Jakarta, Rabu (24/8/2022).

Johan Budi menyebut bukan hanya kapolres dan kapolseknya yang pamer. Menurutnya, istri kapolres dan kapolsek bahkan memamerkan harta kekayaan.

"Jadi kalau bukan kapolresnya, kapolseknya, istrinya, Pak, di medsos, pamer sepeda harga Rp 300 juta dan lain sebagainya, Pak. Ini menyakitkan, Pak," ucapnya.

Meski demikian, mantan juru bicara KPK ini meyakini masih banyak juga polisi yang baik di internal Polri. Akan tetapi dia akui kerap mengetahui soal adanya polisi-polisi yang memang tidak menunjukkan sikap yang bagus.

"Saya bukan berarti, banyak sekali polisi yang baik, saya nonton di televisi ada kapolsek yang membagi tiap hari Jumat membagi makanan, itu bagus, Pak, apalagi disampaikan oleh dr Hinca yang Bhabinkamtibmas luar biasa kerjanya," ujar dia.

"Saya sering ke dapil Pak Listyo Sigit, sehingga tahu beberapa anak buah Bapak itu juga bagus, ada juga yang nggak bagus, Pak Listyo Sigit. Ini di tangan Pak Sigit gimana kemudian menertibkan gitu, Pak. Kalau ada yang nakal-nakal, jangan ditoleransi, Pak," lanjut dia.

Polisi Lagi Galau

Kasus Ferdy Sambo dan tewasnya Brigadir J memang membuat anggota polisi resah. Mereka galau dan saat ini kurang percaya diri.

Hal ini dikatakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di hadapan Komisi III DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Rabu (24/8). Kapolri menilai bahwa kasus pembunuhan berencana Brigadir J yang didalangi Ferdy Sambo membuat polisi di lapangan menjadi galau.

"Kami menyadari bahwa banyak anggota yang tentunya melakukan pelanggaran apalagi di peristiwa ini (Irjen Sambo-red) yang tentunya ini membuat anggota-anggota kami di lapangan tentunya menjadi galau," kata Sigit.

Kendati sudah ditemukan banyak anggota yang turut membantu Ferdy Sambo untuk memuluskan skenario pembunuhan Brigadir J, namun Sigit yakin bahwa masih banyak anggotanya yang mampu untuk berbuat baik.

"Namun kami yakin bahwa masih banyak anggota kami yang mampu untuk berbuat baik," katanya.

Kapolri pun mendorong seluruh anggota agar tetap semangat dalam berbuat baik agar tetap menjaga institusi Polri.

"Dan tentunya mendorong seluruh anggota di lapangan bagi kalian yang sudah berbuat baik terus bersemangat karena institusi Polri ini sampai kapanpun harus kita jaga," ujarnya.

Sigit juga menyinggung soal pemimpin yang harus menjadi teladan bagi anggotanya. Menurutnya, sosok pemimpin harus dapat mengingatkan anggotanya ketika salah.

"Sehingga dengan saling mengingatkan harapan kita, kita sama-sama bisa menjaga agar tidak terjadi sebagai perbuatan-perbuatan yang sifatnya menyimpang jadi hal-hal tersebut tentunya menjadi hal-hal yang terus kita tanamkan juga kompetensi leadership, kompetensi teknis, dan kompetensi etika," katanya.

Sigit juga membenarkan bahwa Irjen Ferdy Sambo mengajukan pengunduran diri dari institusi Polri.

"Ya, ada suratnya, tapi sedang dihitung oleh tim sidang karena memang ada aturannya. "Tentunya akan dihitung-hitung apakah itu bisa diproses atau tidak," ucapnya.

Sambo mundur sebelum sidang etiknya digelar pada Kamis, 25 Agustus 2022. Sambo merupakan tersangka dalam kasus pembunuhan Brigadir J.

Tim khusus Bareskrim Mabes Polri yang dibentuk oleh Kapolri sejauh ini telah menetapkan lima tersangka dalam kasus ini. Mereka adalah Ferdy Sambo, Putri Chandrawathi, Bharada Richard Eliezer alias Bharada E, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf. Mereka dikenakan dengan Pasal 340 subsider 338 juncto Pasal 55 dan 56 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Sigit menyebut jumlah personel Polri yang diperiksa terkait kasus pembunuhan Brigadir J sudah mencapai 97 orang.

Ia merinci, 35 personel yang melanggar kode etik berasal dari beragam pangkat, di antaranya, Irjen Pol 1 orang, Brigjen Pol 3 orang, Kombes Pol 6 orang, Kemudian AKBP 7 orang, Kompol 4 orang, AKP 5, Iptu 2, Ipda 1, Bripka 1, Brigadir 1, Briptu 2, Bharada 2.

Sigit menjelaskan dari 35 personel itu, sebanyak 18 di antaranya ditempatkan di penempatan khusus, sementara yang lain masih berproses pemeriksaannya. Selanjutnya, dua orang di antaranya sudah ditetapkan tersangka. Sehingga tersisa 16 personel yang masih berada di penempatan khusus (patsus).

"Saat ini sudah ditetapkan sebagai tersangka terkait dengan laporan polisi di Bareskrim sehingga tinggal 16 orang di Patsus. Sisanya menjadi tahanan terkait dengan kasus yang dilaporkan di Bareskrim," ujarnya.