Sabtu,  23 November 2024

Catat Ya, 64 RW Di Jakarta Rawan Amukan Si Jago Merah

RN/NS
Catat Ya, 64 RW Di Jakarta Rawan Amukan Si Jago Merah

RN - Dari 2.731 RW ada 64 RW yang berisiko terjadi potensi kebakaran. Kobaran api itu rata-rata terjadi di rumah padat penduduk.

Dari data yang dapat dihimpun radar nonstop, umumnya kebakaran di ibu kota disebabkan karena arus pendek alias konsleting listrik dan ledakan kompor gas 3kg.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan menyebut 64 RW dari total 2.731 RW berisiko tertinggi terjadi potensi kebakaran.

BERITA TERKAIT :
2.229 Kasus DBD Di Jaktim, Wali Kota M Anwar Diminta Fokus 
Terkepung Api Di Kamar, Sekalurga Di Tanjung Priok Tewas Dilalap Si Jago Merah 

“Kita sudah lakukan kajian dan hasilnya ada 64 RW yang sangat berisiko tinggi rawan kebakaran dan ada 400 sekian yang rawan kebakaran. Sisanya masih golongan sedang dan menengah,” ujar Satriadi kepada awak media usai melakukan simulasi penanganan kebakaran di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2022).

Dinas Gulkarmat DKI bersama unit Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia (UI) menganalisi dan memetakan risiko kebakaran di Jakarta.

Dari hasil penelitian itu didapatkan rata-rata nilai risiko kebakaran di DKI Jakarta adalah 48 persen dengan kategori risiko kebakaran sedang.

Jakarta Timur memiliki persentase 51 persen dengan kategori kebakaran sedang, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu Utara memiliki persentase 49 persen dengan kategori kebakaran sedang, Jakarta Barat memiliki persentase 48 persen dengan kategori kebakaran sedang, Jakarta Utara memiliki 44 persen dengan kategori kebakaran sedang, serta Kepulauan Seribu Selatan memiliki persentase 38 persen dengan kategori kebakaran ringan.

Satriadi menambahkan tingkatan risiko kebakaran ini ditinjau dari beberapa variabel, seperti ketersediaan pos pemadam hingga adanya relawan kebakaran atau tidak.

“Tersedianya sarana dan prasanarana hidrant kota, APAR-nya, sumber air bagus atau enggak, padat huniannya, punya potensi aktivitas ekonomi ya seperti apa, banyak rumah jadi tempat usaha itu bisa jadi potensi (kebakaran), ada rumusnya, ada kajian akademisnya,” ujarnya.