Kamis,  16 May 2024

Waspada, Lahar Dingin Dari Gunung Merapi

NS/ANT/RN
Waspada, Lahar Dingin Dari Gunung Merapi
Lahar dingin dari Gunung Merapi.

RADAR NONSTOP - Gunung Merapi terus bergejolak. Ancaman banjir lahar bakal terjadi jika hujan deras turun dari Kota Gudeg.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta meminta kepada masyarakat tetap waspada.

Banjir lahar hujan di sejumlah sungai berhulu gunung Merapi saat puncak musim hujan pada Januari 2019.

BERITA TERKAIT :
Banjir Bandang Sumbar Sudah 50 Orang Tewas, Warga: Rumah Hancur Mirip Kiamat 
Banjir Jakarta Gak Ada Obatnya, Butuh Gubernur Radikal Atau 1/2 Gila

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan, kawasan yang dilalui sungai berhulu di lereng gunung Merapi seperti Sungai Gendol, Opak, Kali Kuning, Boyong, dan Krapyak memiliki potensi diterjang lahar hujan.

"Sampai saat ini di puncak gunung Merapi masih terdapat jutaan meter kubik material vulkanis sisa erupsi 2010, ini berpotensi terjadi hujan lahar dingin jika di puncak terjadi hujan deras dengan durasi lama," katanya.

Ia mengatakan, selain itu beberapa wilayah Kabupaten Sleman memiliki potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.

"Kami telah memetakan lokasi mana saja yang rawan bencana hidrometeorologi pada musim hujan ini. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Gamping, Seyegan, Godean, Cangkringan, dan Prambanan. Wilayah Kecamatan Prambanan yang terdapat perbukitan memiliki potensi longsor paling besar," katanya.

Potensi banjir juga terjadi akibat drainase yang kurang baik. Hal itu, akibat dari perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan.

"Akibatnya drainase tersumbat. Biasanya lokasinya di daerah perkotaan seperti Kecamatan Mlati, Depok, dan Ngaglik," katanya.

Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Lelono, mengatakan, wilayah dengan topografi perbukitan memiliki potensi longsor yang besar.

"Kami telah melakukan langkah antisipasi, salah satunya dengan memasang perangkat peringatan dini (EWS) di lokasi yang rawan longsor," ujarnya.

Ia mengatakan, EWS tersebut dilengkapi dengan sensor yang dapat menangkap curah hujan. "Selain itu ada extensometer dan tiltmeter. Kondisinya mayoritas masih tergolong baik dan berfungdi normal," kata Joko.