RN - Ucapan Prabowo saat debat capres ke-5 soal pembangunan puskesmas canggih bukan solusi. Sebab hal itu hanya berkutat pada program kuratif dan rehabilitatif.
Kuratif yakni terkait pengobatan dan penyembuhan (rehabilitatif). Ketua Nasional Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia Agung Nugroho menilai, ada kesan pembangunan puskesmas hanya bertujuan proyek.
Menurut Agung, apa yang dicetuskan Prabowo itu hanya akan membuat Indonesia terus berkutat pada program kuratif dan rehabilitatif.
BERITA TERKAIT :Kurang 160 Ribu Dokter Spesialis, Prabowo Minta India Bantu Indonesia
Sudah Gak Corona Lagi, DPRD DKI Cari Tempat Rapat Yang Cihuy Bahas RAPBD 2025
"Kalau fokusnya hanya pada kuratif dan rehabilitatif, seberapa pun anggaran yang dianggaran tidak akan pernah mencukupi" ujar Agung dalam siaran persnya, Senin (5/2) di Jakarta.
Agung menilai bahwa tidak ada hal penting membuat puskesmas dibuat canggih, karena tujuan dibentuknya Puskesmas memang bukan pada kuratif tingkat lanjut yang membutuhkan alkes bertekhnologi tinggi.
"Puskesmas itu tujuan dan fungsinya lebih mengutamakan pencegahan (preventif) dan penyadaraan (promotif) upaya kesehatan, kuratif bukan fungsi utama puskesmas," ungkap Agung.
Baca Edisi Cetak Radar Nonstop. Terbit Setiap Hari Senin Sampai Dengan Jumat
Permenkes No. 43 Tahun 2019 menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
"Prabowo tidak memahami perbedaan fungsi puskesmas dan RS, sehingga berhalusinasi mau membuat puskesmas yang canggih" sindir Agung.
Sementara di Indonesia menurut aktivis 98 ini menyatakan, program pembangunan preventif dan promotif kesehatan karena selama ini fokus pembangunan kesehatan Indonesia masih bertumpu pada kuratif dan rehabilitatif karena seksi secara politik untuk membangun citra.
"Pembangunan Preventif dan Promotif itu jangka panjang yang tidak bisa dipetik secara politik dalam jangka waktu 3 atau 5 tahun, sehingga tidak dijalankan secara maksimal " kritik Agung.
Jika dibandingkan tammbah Agung, Anies dalam bidang kesehatan lebih masuk akal. "Anies mengarahkan puskesmas untuk fokus pada hal-hal yang bersifat kuratif. Dan urusan kesehatan semata-mata hanya urusan kementerian dan dinas kesehatan saja," bebernya.
"Anies menyebutkan bahwa upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif harus dijalankan seimbang. Apa yang dikatakan Anies adalah sejalan dengan paradigma kekinian terkait pembangunan kesehatan di Indonesia," tambah Agung.