RN - Jakarta mulai tak aman. Sepanjang 2024, ada sekitar 58.055 kejahatan.
Kejahatan itu didominasi oleh begal, maling hingga penipuan. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Karyoto menyebutkan bahwa sebanyak 58.055 kejahatan terjadi di sepanjang 2024.
Karyoto menyebutkan, angka tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun 2023.
BERITA TERKAIT :KPU Jakarta Sampaikan Apresiasi Kinerja 2024 Dan Harapan untuk POLRI Di Tahun 2025
"Jumlah kejahatan atau crime total sebanyak 58.055 perkara," kata Karyoto dalam kegiatan rilis akhir tahun di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya, Jakarta Selasa (31/12/2024).
Karyoto menuturkan, angka tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun 2023. Di tahun 2023 sendiri, angka kejahatan di Jakarta berjumlah 57.157.
"Mengalami kenaikan 2 persen atau 898 perkara dari tahun 2023," ujar dia.
Karyoto juga memaparkan jumlah crime cleareance atau penyelesaian kasus selama 2024 yang mencapai 40.750 perkara.
"Jumlah penyelesaian sebanyak 40.750 perkara. Di mana, angka ini mengalami penurunan 1.200 penyelesaian atau 3 persen bila dibandingkan dengan tahun 2023 sebanyak 41.950 perkara," ujarnya.
Jakarta tak aman pernah terungkap dari survei Economist Intelligence Unit pada tahun 2015. Lembaga ini menempatkan Jakarta sebagai kota paling tidak aman di dunia.
Survei yang meneliti 50 kota di dunia itu memasukkan 40 indikator kuantitatif dan kualitatif. Ke-40 indikator tersebut terbagi dalam empat kategori tematik yakni keamanan digital, jaminan kesehatan, infrastruktur, dan personal. Setiap kategori terbagi lagi ke dalam tiga hingga delapan subindikator, seperti langkah kebijakan dan frekuensi kecelakaan lalu lintas.
Survei terfokus pada 50 kota yang dipilih Economist Intelligence Unit berdasarkan beberapa faktor, misalnya representasi daerah dan ketersediaan data. Oleh sebab itu survei ini tidak menunjukkan data secara lengkap.
Saat ini kota merupakan ‘rumah’ bagi sebagian besar manusia di planet ini. Tingkat urbanisasi di setiap wilayah bervariasi, mulai dari 82 persen populasi di Amerika Utara sampai 40 persen di Afrika.
Namun semua tempat diperkirakan akan mengikuti tren urbanisasi yang lebih besar dalam 30 tahun mendatang. Lagos yang merupakan kota terpadat di Nigeria misalnya, jumlah penduduknya diperkirakan akan berlipat ganda dalam 15 tahun mendatang.
Maka keamanan kota menjadi masalah penting dari waktu ke waktu. Mengamankan keselamatan publik berarti mengantisipasi sejumlah risiko.
Dalam survei ini, ibu kota Jepang, Tokyo, menduduki peringkat tertinggi dalam hal keamanan secara keseluruhan. Ini membuktikan bahwa kota dengan penduduk amat padat ternyata bisa masuk ke daftar kota teraman di dunia. Tokyo juga punya skor bagus dalam hal keamanan digital, tiga poin di atas Singapura yang menduduki posisi kedua.
Sementara Jakarta menduduki posisi terendah dari 50 kota yang disurvei dalam hal keamanan secara keseluruhan. Jakarta hanya naik ke posisi 44 untuk kategori jaminan kesehatan.
Keamanan suatu negara berhubungan erat dengan kekayaan dan pembangunan ekonomi. Kota-kota di negara Asia yang kaya, yakni Tokyo, Singapura, dan Osaka merajai tiga posisi teratas dalam indeks ini.
Sementara kota di negara tetangga mereka seperti Ho Chi Minh dan Jakarta mengisi dua tempat terbawah.
Survei ini juga menampilkan bahwa kekayaan dan sumber daya melimpah dari suatu negara ternyata tidak selalu menjamin keamanan suatu kota. Setidaknya ada empat dari lima kota di Timur Tengah yang masuk kategori kaya, namun peringkatnya buruk. Sebut saja Abu Dhabi yang hanya menduduki peringkat ke-25, dan Riyadh di posisi ke-46.
Dalam hal keamanan digital, kota-kota di Amerika Serikat seperti Los Angeles, San Francisco, dan Chicago menempati peringkat atas. Sementara kota-kota di Eropa menduduki peringkat rendah. London misalnya hanya menempati posisi ke-16, sementara Roma ke-35.