Pada tgl 27 Rajab bertepatan dengan hari Senin, 27 Januari 2025 ada momen penting bagi umat Muslim di seluruh dunia. Yaitu peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa spiritual, ketika Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan yang suci dari masjidil haram ke Masjidil Aqsa di Baitul Muqodas Palestina.
Lalu dari Masjidil Aqsha, baginda Rasulullah SAW, bersama Malaikat Jibril menaiki Buraq (hewan berbulu putih, berbadan panjang, dan memiliki kecepatan seperti kilat) menuju Sidratul Muntaha, terus ke Arasy.
BERITA TERKAIT :Israel Memang Biadab, Sudah Gencatan Senjata Tank-nya Masih Gempur Warga Sipil Palestina
Sebelum tiba di langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya di berbagai lapisan langit, dari langit pertama hingga langit keenam.( Nabi Adam AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Idris AS, Nabi Harun AS, Nabi Musa AS dan Nabi Ibrahim AS ). Semua nabi menyambutnya dan menyampaikan pujian untuk Nabi Muhammad SAW..
Di langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu Allah SWT dan menerima perintah untuk mendirikan salat sebanyak lima waktu dalam sehari semalam. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga diperlihatkan tentang surga dan neraka oleh Allah SWT.
Keesokan harinya ketika Nabi Muhammada SAW. telah berada di tengah kaumnya, beliau menceritakan kisah perjalanannya ini di Masjidil Haram.
Hal itu menimbulkan berbagai tanggapan. Terutama sekali, karena pada masa itu dalam sejarah pembawaan risalah agama Islam, Nabi kita masih banyak menghadapi orang-orang dan golongan-golongan yang secara apriori tidak mempercayainya, dan secara terang-terangan mencemoohnya, seperti Abu Jahal dan kaum Quraisy, dan orang seperti Muth’im bin Ady, yang selalu menginginkan bukti nyata dan rasional dari ucapan-ucapan Nabi.
Hanya Abu Bakar ketika ditanya oleh sebagian kaum musyrikin: “Apakah kamu percaya dengan cerita Muhammad?” Jawab Abu Bakar: “Jika memang benar Muhammad berkata dan mengisahkan seperti itu aku akan percaya, bahkan lebih dari itu aku juga percaya, sebab setiap saatnya baik malam ataupun siang, beliau selalu dituruni wahyu dari langit yang jauhnya dan kecepatannya lebih dari apa yang beliau kisahkan, maka apalagi yang kalian akan ragukan.?”
Memang, jika dinilai dengan kacamata lahiriah dan diukur dengan tingkat kerasionalan dan kemampuan teknologinya pada jaman itu, maka akan tidak masuk akallah perjalanan Nabi dari Mekah ke Palestina dan terus menembus cakrawala jagat raya, yang dilakukannya hanya dalam satu malam.
Meskipun Nabi dapat menjawab dengan tepat pertanyaan orang-orang sangsi dan ingin menguji mengenai peristiwa tersebut. Namun bagi orang-orang yang musyrik, jawaban Nabi itu, dinyatakan sebagai bukti, bahwa Muhammad adalah ahli sihir.
Dari kisah singkat ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran dari perjalanan Isra’Miraj Nabi Muhammad SAW.
Pertama, merenungkan keajaiban isra’ miraj sebagai bukti kebesaran Allah yang tidak terbatas. Firman Allah SWT:
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”. (Al Isra:1)
“Allah SWT. Menyatakan kemahasucian-Nya dengan firman “subhana” agar manusia mengakui kesucian-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak dan meyakini sifat-sifat keagungan-Nya yang tiada tara. Ungkapan itu juga sebagai pernyataan tentang sifat kebesaran-Nya yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dengan perjalanan yang sangat cepat”. ( Tafsir Al Qur’an, kementrian Agama RI, 2011)
Dari ayat diatas memberikan penjelasan juga bahwa perjalanan Isra Mi’raj itu adalah bukti kekuasaan Allah SWT. Allah yang berkehendak untuk memperjalankannya bukan keinginan Nabi Muhammad SAW. Kalau Allah sudah berkehendak, maka mudah lah bagi Allah untuk menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil menjadi nyata.
Dan kalau kita memaksakan diri untuk menerangkan peristiwa Isra’ Mi’raj secara ilmiah dengan teknologi dan penemuan science jaman sekarang, sesungguhnya masuk akal, ibarat Jemaah haji diberangkatkan ke Tanah Suci naik pesawat melintasi beberapa benua dan negara maka akan sampai dengan cepat.
Peristiwa isra’ Mi’raj hanya sebagian kecil dari peristiwa besar dan fenomena-fenomena alam yang ada di alam jagat raya ini yang harus kita terima dengan iman sebagai bukti keagungan dan kebesaran Allah SWT.
Kedua, Menghargai pentingnya shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Salat adalah ibadah istimewa yang berbeda dengan ibadah yang lainnya sehingga untuk memerintahkannya Allah SWT. mengutus malaikat Jibril memanggil langsung Nabi Muhammad SAW, naik ke Sidratul Muntaha untuk menerima perintah solat tersebut.
Bagi setiap muslim salat adalah kewajiban yang harus ditunaikan lima kali dalam sehari, sebagai sarana komunikasi dengan Allah dan sebagai bukti ketundukan serta kepasrahan diri kepada-Nya. Salat bukan hanya rutinitas ritual semata akan tetapi salat adalah ibadah yang memiliki nilai dan kedudukan yang istimewa bagi seorang muslim. diantaranya:
1. Salat sebagai tiang agama.
Rasulullah saw. Bersabda : “Shalat adalah tiang agama, maka siapa yang mendirikan shalat, berarti ia menegakkan sendi-sendi agama, dan siapa yang meninggalkan shalat, berarti ia telah meruntuhkan sendi-sendi agama.”
2. Salat merupakan amal yang pertama kali dihisab dan sebagai barometer baik dan buruk amal seorang hamba di hadapan Allah SWT.
Dari Abu Hurairah ra berkata: “Aku mendengar Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik ia benar-benar telah beruntung dan sukses. Dan jika shalatnya rusak benar-benar telah celaka dan merugi.”(HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i).
3. Salat sebagai benteng pertahanan dan kunci keutamaan hidup
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut:45)
4. Salat adalah doa
Dalam sehari semalam, kita melaksanakan ibadah solat wajib sebanyak 17 rakaat dan sebanyak itu pula kita memanjatkan doa kepada Allah SWT. Dengan ungkapan :
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii wa'fu 'annii.” Artinya: “Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki, dan petunjuk untukku.”
Kalau dihayati makna dari doa itu adalah doa yang meliputi kebutuhan kita, Doa yang kita ulang-ulang sebanyak 17 kali ini seharusnya menunjukan kesungguhan kita memohon dan berharap dikabulkannya doa dan akan mendorong sungguh-sungguhpula dalam beribadah.
Ketiga, meneladani kesabaran dan keimanan Rasulullah SAW. dalam menghadapi ujian dan perjalanan yang sulit.
Dikisahkan oleh Syeh Ali Muhammad as-Shalabi dalm kitab Sirah Nabawiah-nya, ia mengatakan bahwa “ sebelum peristiwa Isra Mi’raj, Rasulullah mendapatkan ujian bertubi-tubi, diantaranya, pada tahun ketujuh setelah hijrah nabi, orang Quraisy melakukan pelanggaran perjanjian sepihak, melakukan boykot ekonomi. Pamannya Abu Talih yang selalu mendukung dakwahnya dan menjaganya dari gangguan orang-orang Quraisy wafat. Dua bulan setelah itu, istri Rasulullah Sayyidah Khadijah, wanita yang sangat membantu perjuangan dakwah juga wafat”.
Di dalam keadaan yang sulit itu, baik secara pribadi maupun sebagai pemimpin ummat, nabi Muhammad tidak putus-putusnya momohon bimbingan Allah SWT. menambatkan hati kepada-Nya, sampai turun wahyu melalui Malaikat Jibril untuk melaksanakan perjalanan Isra Mi’raj.
Dari kejadian ini pelajaran yang bisa kita ambil adalah bahwa dalam perjalanan hidup manusia akan selalu bertemu dengan ujian dan cobaan serta dalam menegakan perintah Allah dan menjauhi larangannya akan selalu ada rintangan dan halangan yang dihadapi, untuk itu kesabaran dan tetap istiqamah dalam kebain menjadi jalan terbaik disetiap langkah menuju mardhatillah. Wallahu a’lam bishawab.