Jumat,  21 February 2025

Layanan Air Siap Minum PAM JAYA Makin Luas, Sentuh Angka 70,29 Persen Per 2024

RN/CR
Layanan Air Siap Minum PAM JAYA Makin Luas, Sentuh Angka 70,29 Persen Per 2024
Direktur Pelayanan PAM JAYA, Syahrul Hasan -Net

 

RN - Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya terus memperluas cakupan layanan air siap minum lewat jaringan perpipaan. Per tahun 2024 lalu, presentase wilayah Jakarta yang sudah dialiri air bersih mencapai 70,29 persen.

 

BERITA TERKAIT :
Legislator Tegaskan Penyesuaian Tarif PAM Jaya Harus Berjalan
Hindari Oknum Tak Bertanggung Jawab, PAM JAYA Bakal Pasang Meteran Air di Apartemen

Capaian ini disampaikan Direktur Pelayanan PAM Jaya, Syahrul Hasan dalam acara diskusi Balkoters Talk bertajuk “Upaya Tingkatkan Layanan Air Jakarta” di Bengkel Jurnalistik Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (12/5/2025).

 

“Cakupan layanan kami sudah scale up sebanyak kurang lebih 2 sampai 3 persen. Tahun kemarin kita closing di angka 70,29 persen cakupan layanan,” ujar Syahrul.

 

Menurut Syahrul, peningkatan cakupan layanan sebanyak 1 persen bukan proses yang mudah. Capaian saat ini disebutnya merupakan peningkatan besar setelah PAM Jaya mengakhiri kontrak kerja sama distribusi air dengan swasta pada 31 Januari 2023 lalu.

 

“Untuk mencapai satu digit layanan atau 1 persen layanan dalam 1 tahun itu, itu amat sulit. Kenapa? Karena memang butuh kerja kolosal yang luar biasa, terutama masalah permodalan pastinya," imbuh Syahrul.

 

Perluasan cakupan layanan air bersih ini seiring dengan penambahan sambungan rumah (SR) di angka 46.196 pada tahun 2024. Pihaknya berencana terus melampaui angka ini setiap tahunnya.

 

“Belum pernah ada benchmarknya di Republik ini, PDAM, untuk mencapai angka 46.000 dalam waktu 1 tahun. Di sisi lain, nanti target di tahun 2025 adalah 130.000, artinya akan menggugurkan yang 46.000 di tahun 2024,” tuturnya.

 

Dengan 70,29 persen cakupan layanan air perpipaan, total SR atau pelanggan PAM Jaya sudah mencapai 958.000. Panjang pipa yang disambungkan ke seluruh Jakarta menyentuh angka 12.202 kilometer.

 

“(Panjang) pipa kita sekarang adalah 12.202 kilometer. Yang sebelumnya adalah 12.000 kilometer, artinya selama 2 tahun kita mampu menambah kurang lebih 200 kilometer,” ungkapnya.

 

Saat ini, PAM Jaya tengah membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pesanggrahan dan Ciliwung. Untuk IPA Pesanggrahan, rencananya akan mulai beroperasi tahun 2026 dengan target penambahan pelanggan sebanyak 45 ribu.

 

“IPA Pesanggrahan ini tentu akan banyak dirasakan oleh warga Jakarta, khususnya yang bersebelahan atau yang berdampingan dengan Tangerang. Contoh misalkan di wilayah selatan Jakarta dan agak ke arah barat, ke arah Meruya, ke arah Kedoya,” jelas Syahrul.

 

Sementara, untuk IPA Ciliwung progresnya baru 2,25 persen setelah mulai groundbreaking pada November 2023 lalu. Setelah proyek rampung, ditargetkan PAM Jaya akan memiliki 15 ribu tambahan pelanggan baru.

 

Wilayah yang akan merasakan manfaatnya berada di sepanjang Sungai Ciliwung. Mulai dari Jati Padang, Pejaten Barat, Kebagusan, Duren Tiga, Pengadegan, dan Rawa Jati.

 

Tantangannya dalam proyek ini adalah meyakinkan masyarakat bahwa air olahan dari Sungai Ciliwung bisa diminum. Sebab, selama ini air Ciliwung memiliki kesan kotor dan tak higienis.

 

“Dengan kondisi sungai Ciliwung yang kita tahu semua keadaannya, mungkin orang ngelihatnya agak males gitu ya, warnanya coklat, apa iya bisa nanti diminum? ini proposalnya bisa diminum,” ungkap Syahrul.

 

Di tempat yang sama, Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga mendukung penuh langkah PAM dalam meningkatkan cakupan layanan air bersih di Jakarta. Namun, ia mengingatkan agar PAM terus menjaga prinsip K3, yakni Kualitas, Kuantitas, dan Kontuniuitas.

 

“Kalau kualitas dan kuantitasnya tidak tercukupi, masih sulit untuk mendorong warga berpindah ke air PAM,” tambah Nirwono.

 

Kemudian, ia juga berpesan agar PAM Jaya memrioritaskan penambahan sambungan air di wilayah Jakarta Utara, khususnya pesisir. Sebab, penggunaan air tanah berlebihan akan mengakibatkan penurunan muka tanah yang membahayakan masyarakat.

 

“Beberapa riset menunjukkan, beberapa titik yang pengambilan air tanahnya itu dikurangi, bahkan dihentikan, penurunannya itu melambat,” ujar Nirwono.

 

“Jadi berita baik kalau diimbangi dengan pemasangan jaringan perpipaan yang cepat,” tutupnya.