RN - Dibawah hangatnya sinar Mentari pagi hari, terlihat seorang pria paruh baya tengah duduk asyik disebuah warung di pinggir jalan di Kawasan Jakarta Utara ditemani secangkir kopi, Rabu (16/4/2025).
Diawali tegur sapa serta sambil berbincang ngalor ngidul. Entah angin apa yang meniup dirinya, sehingga terhipnotis dengan sekelumit pikiran dan mual mendengarnya.
Apabila ada seseorang mengeluarkan kata usulan dalam penataan lingkungan kepada aparatur kelurahan.
BERITA TERKAIT :Wali Kota Jakut Digeser, Ali Maulana Dituding Gagal, Hendra Ketiban Berkah
M Anwar Dicap Sakti, Geser Munjirin Dan Dapat Jatah Wali Kota Jaksel
Ya pria bernama Iskandar (52) ini yang merupakan salah Ketua Pengurus Rukun Warga (RW) di salah satu wilayah di Kelurahan yang ada di Jakarta Utara.
Dalam obrolan kopi santai, Iskandar melepas pikiran dari jeratan rantai aspirasi. Dirinya menceritakantentang sebuah aspirasi yang dibalut dengan kata penyampaian usulan dalam sebuah rapat forum.
Rapat mendengar dan menyerap aspirasi biasa akrab di telinga eksekutif dan Legislatif disebut 'Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)'.
Namun, tahun ke tahun penyampaian usulan itu tak pernah datang menghampirinya. Yang ada hanya mendapat kabar usulan itu telah tertimbun dalam ratusan atau ribuan tumpukan wacana program di DKI Jakarta.
"Entahlah dalam rapat forum di kantor kelurahan, kita disuruh menyampaikan aspirasi atau usulan. Begitu kita sampaikan apa yang menjadi permintaan warga. Usulan itu tak terealisasi bak lenyap di telan bumi," kenang Iskandar kala itu saat mengikuti rapat Musrenbang.
Dengan senyuman mengandung makna, seakan-akan mulai muak mendengar kata Musrenbang. Terpaksa dari bibirnya keluar cerita awal mengapa sebenarnya sebagian para pengurus Rukun Warga (RW) di DKI Jakarta, sebagian enggan datang dalam rapat Rembuk RW (Musrenbang) di Kantor Kelurahan.
Mengawali ceritanya, kala itu terlihat barisan kursi-kursi yang tertata rapih diduduki oleh para Ketua RW dengan ditandai pembatas jarak sejumlah meja berbaris panjang dan kursi.
Dimana kursi tersebut diduduki oleh lurah didampingi utusan dari instansi terkait. Suara berbisik dari para hadirin undangan rapat forum Rembuk RW, seketika hening, saat suara pembukaan diawali dengan ucapan salam.
Ucapan penawaran usulan kepada para peserta pun dilontarkan oleh pria berseragam cokelat dengan hiasan jengkol (istilah) yang tak lain adalah seorang lurah.
Sontak suara penawaran usulan memecah keheningan forum. Mendengar ucapan itu, satu tangan terlihat mengangkat dari barisan kursi.
"Ya silahkan sampaikan apa yang mau diusulkan," seraya tatapan mata mengarah kepada seseorang yang mengangkat tangan duduk diantara dibarisan para hadirin forum.
"Saya mau usulkan perbaikan infrastruktur yang berkaitan dengan antisipasi banjir ketika hujan turun," kata pria itu yang tak lain adalah Iskandar.
Lurah pun menggeser pertanyaan tentang apakah ada usulan lagi dari pengurus RW lain.
"Ketua RW yang lain ada nggak usulan?,"
"Ada pakkkk..,"sambut pertanyaan usulan.
Usai menyampaikan usulan, petugas pun langsung memainkan jarinya diatas keyboard maupun menari-narikan pena di atas kertas putih. Sebagai pertanda penyampaian usulan telah tercatat.
Tentu usulan yang sudah masuk
dalam catatan menimbulkan seribu bayangan tertanam dibenak para hadirin dalam forum . Agar aspirasi itu terserap dengan baik.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan berganti tahun, acara serupa seperti tahun sebelumnya pun kembali digelar.
Sehingga, timbul pertanyaan lari kemana usulan dalam catatan. Sampai muncul usulan kembali pada tahun berikutnya.
"Usulan kemarin saja tak terealisasi. Sekarang suruh sampaikan usulan lagi.. Ini ibarat kita makan di meja disediakan pepesan kosong. Kalau pepes ada isinya bagus. Ini pas dibuka bungkusnya zonk," tutup cerita Iskandar seraya memberi kode Musrenbang hanya Pepesan Kosongan.