Senin,  20 October 2025

Air Hujan Jakarta Beracun, Picu Jantung Dan Stroke Hingga Kanker 

RN/NS
 Air Hujan Jakarta Beracun, Picu Jantung Dan Stroke Hingga Kanker 
Ilustrasi

RN - Hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengejutkan. BRIN menyebut air hujan di Jakarta ternyata beracun. 

Sebab air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik yang berasal dari aktivitas manusia di perkotaan. Dampak dari mikroplastik itu bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke hingga kanker.

Di Jakarta, saat ini sudah mulai memasuki musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, puncak musim hujan diprediksi terjadi Desember 2025 hingga Februari 2026.

BERITA TERKAIT :
Hujan Es Susulan Di Jakarta, Waspada Angin Kencang Dan Badai 

"Wah ngeri banget dong kalau hujan di Jakarta," keluh Syamsuddin warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Minggu (19/10). 

Begitu juga dengan Rani. Warga Cempaka Putih, Jakpus ini mengaku, dirinya sempat divonis jantung oleh dokter. "Padahal saya gak keturunan jantung, rajin olahraga, makan diatur dan tidak merokok," keluhnya.

Peneliti BRIN, Muhammad Reza Cordova, mengatakan penelitian lembaganya sejak 2022 menunjukkan keberadaan mikroplastik dalam setiap sampel air hujan di Ibu Kota. Partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

Reza menjelaskan, mikroplastik ini umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik, terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan. Peneliti menemukan rata-rata 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Menurut Reza, fenomena ini terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer. Mikroplastik terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

“Siklus plastik tidak berhenti di laut, tapi naik ke langit, berkeliling bersama angin, lalu turun lagi ke bumi lewat hujan,” tutur Reza.

Temuan BRIN, kata dia, menimbulkan kekhawatiran karena partikel mikroplastik berukuran sangat kecil. Lantaran lebih halus dari debu biasa, partikel ini mudah terhirup manusia atau masuk ke tubuh melalui air dan makanan.

Reza menilai gaya hidup urban modern menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya mikroplastik di atmosfer. Dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa dan kendaraan lebih dari 20 juta unit, Jakarta menghasilkan limbah plastik dalam jumlah besar setiap hari.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan pihaknya tengah memperkuat program pengendalian sampah plastik dari hulu hingga hilir, termasuk pemantauan kualitas udara dan air hujan secara terpadu.

Sebab, temuan tersebut menjadi pengingat penting bahwa tantangan polusi plastik kini telah menjangkau atmosfer dan memerlukan upaya bersama lintas sektor.

"Kami memandang temuan BRIN ini sebagai alarm lingkungan yang perlu direspons cepat dan kolaboratif. Polusi plastik kini bukan hanya urusan laut atau sungai, tetapi sudah sampai di langit Jakarta," ujarnya melalui keterangan resmi, Sabtu (18/10).

Menurut Asep, Pemprov DKI selama ini telah menjalankan sejumlah kebijakan untuk menekan timbulan sampah plastik sekali pakai, di antaranya melalui Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, serta perluasan program Jakstrada Persampahan yang menargetkan 30 persen pengurangan sampah dari sumbernya.

"Upaya pengurangan plastik harus dilakukan dari sumbernya,mulai dari rumah tangga, industri, hingga sektor jasa. Setiap orang punya peran," tambahnya.

Bahaya Mikroplastik 

Mikroplastik bagi manusia meliputi gangguan pernapasan, pencernaan, dan jantung, serta peningkatan risiko kanker dan masalah kesuburan. 

Mikroplastik dapat menumpuk di organ seperti paru-paru dan saluran pencernaan, menyebabkan iritasi dan peradangan, serta dapat melepaskan bahan kimia berbahaya seperti BPA dan dioksin. 

Penyakit jantung dan stroke hingga kanker juga menjadi kerawanan bagi warga Jakarta. Sebab, kandungan kimia seperti BPA pada mikroplastik dapat menyebabkan gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner dan serangan jantung. 

Selain itu, mikroplastik bisa menyebabkan kerusakan DNA karena kandungan kimia seperti dioksin, yang dapat memicu penyakit kanker.